BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak perah merupakan ternak yang menghasilkan susu melebihi kebutuhan konsumsi susu anak-anak sapi. Produksi susu tersebut dapat dipertahankan sampai waktu tertentu atau selama masa hidupnya walaupun anak-anaknya sudah disapih atau sudah tidak disusui lagi. Dengan demikian susu yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh manusia. Ternak perah mempunyai kemampuan khusus untuk menghasilkan air susu dari bahan baku berupa hijauan yang mempunyai kandungan energi atau protein tinggi. Kemampuan ini dapat ditunjukkan pada saat laktasi yaitu setelah ternak tersebut beranak. Susu yang dihasilkan oleh ternak perah merupakan salah satu bahan makanan alami yang sempurna. Susu merupakan sumber makanan utama bagi semua hewan mamalia yang terlahir dan bagian penting dalam makanan manusia. Komposisinya yang mudah tercerna dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi, menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan yang fleksibel.oleh karena itu susu merupakan kebutuhan yang sangatdi perlukan dan berperan penting dalam pertumbuhan makhluk hidup . sehingga menjadikan peternak harus mengetahui bagaimana menentukan produksi susu yang memiliki kualitas yang baik agar dapat di manfaatkan oleh makhluk hidup terutama manusia sebagai pemenuhan zat gizinya . maka dari itu di perlukan adanya cara.
penilaian yang baik yang memenuhi standar agar dapat menentukan ternak perah yang baik produksi susunya . selain itu juga agar juga para peternak dapat mengetahui ternak perah yang dapat di jadikan sebagai bibit atau ternak bakalan yang mempunyai produksi susu yang berkualitas tinggi . adapun cara penilaian ternak perah tersebut yaitu dengan cara judging , memberikan score , melalui seleksi dan melalui plucing dan lain-lain . adapun judging merupakan merupakan suatu suatu usaha penilaian ternak untuk menilai tingkatan ternak yang memiliki karakteristik penting untuk tujuan tertentu. sedangkan scoring merupakan suatu usaha menilai ternak dengan menghasilkan urutan atau rangking tertinggi berdasarkan nilai rekor performanya, juga baik dalam memenuhi persyaratan secara fisik. , seleksi ternak ini merupakan suatu usaha untuk menilai ternak dengan menyeleksi ternak itu agar dapat menyeleksi ternak perah yang memiliki kualitas produksi susu yang tinggi ataupun bertujuan untuk menyeleksi ternak perah yang di jadikan sebagai bibit atau ternak bakalan dengan menggunakan beberapa macam cara seperti seleksi individu, keluarga dan dalam keluarga dan plucing merupakan plucing merpakan suatu kegiatan pengurutan ternak perah terutama sapi dari urutan ternak yang memiliki kualitas produksi susu sapi hingga urutan sapi yang memiliki kualitas produksi susu yang rendah. Sehingga dengan adanya kegiatan penilaian sapi perah ini dapat memudahkan para peternak untuk menilai ternaknya berdasarkan kualitasnya agar dari penilaian ternak perah ini dapat meningkatkan kualitas ata mutu yang di hasilkan oleh sapi ataupun ternak perah yang lainnya . untuk mendapatkan ternak perah yang berkualitas merupakan salah satu.
aspek utama penentu keberhasilan dalam usaha petenakan ternak perah oleh karena itu perlu adanya penilaian ternak perah baik itu melui judging , scoring , maupun seleksi ternak agar dapat memisahkan ternak perah yang berkualitas atau tidak sehingga memudahkan peternak dalam hal mendapatkan ternak perah yang di inginkan yang mampu memberikan manfaat yang besar bagi para peternak.
1.2 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian ternak perah
2. Untuk mengetahui definisi seleksi ternak dan cara menyeleksi ternak ternak
3. Untuk mengetahui definisi judging dan cara penilaian ternak melalui judging
4. Untuk mengetahui definisi scoring dan cara penilaian ternak melalui pemerian scoring
5. Untuk mengetahui definisi plucing dan cara penilaian ternak melalui plucing
6. Untuk mengetahui penampilan umum sapi perah
7. Untuk mengetahui sifat perah ternak ( dairy character)
8. Untuk mengetahui syarat-syarat sapi perah yang baik
9. Untuk mengetahui sistem mamae pada ternak
10. Untuk mengetahui kapasitas badan (body capacity)
1.3 Manfaat Makalah
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian ternak perah
2. Agar mahasiswa mengetahui definisi seleksi ternak dan cara menyeleksi ternak
3. Agar mahasiswa mengetahui definisi judging dan cara penilaian ternak melalui judging
4. Agar mahasiswa mengetahui definisi scoring dan cara penilaian ternak melalui pemerian scoring
5. Agar mahasiswa mengetahui definisi plucing dan cara penilaian ternak melalui plucing
6. Agar mahasiswa mengetahui penampilan umum sapi perah
7. Agar mahasiswa mengetahui sifat perah ternak ( dairy character)
8. Agar mahasiswa mengetahui syarat-syarat sapi perah yang baik
9. Agar mahasiswa mengetahui sistem mamae pada ternak
10. Agar mahasiswa mengetahui kapasitas badan (body capacity)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ternak perah
Ternak perah merupakan ternak yang menghasilkan susu melebihi kebutuhan konsumsi susu anak-anak sapi. Produksi susu tersebut dapat dipertahankan sampai waktu tertentu atau selama masa hidupnya walaupun anak-anaknya sudah disapih atau sudah tidak disusui lagi. Dengan demikian susu yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sapi perah adalah suatu jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire, Guernsey, Jersey dan Friesian Holstein (FH) (Blakely dan Bade, 1995). Sapi-sapi perah di Indonesia dewasa ini pada umumnya adalah sapi perah bangsa FH import dan turunannya. Karakteristik sapi FH yaitu warna tubuhnya hitam belang putih dengan pembatas yang jelas, terdapat warna putih berbentuk segitiga di dahi dengan kepala panjang, dan sebagian kecil tubuhnya berwarna putih atau hitam seluruhnya (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Turunan sapi FH dikenal dengan sebutan sapi perah Friesian lokal (PFH). Bangsa sapi FH adalah bangsa sapi perah yang paling menonjol di Amerika serikat, jumlahnya cukup banyak sekitar 80 - 90% dari seluruh jumlah sapi yang ada. Di antara jenis sapi perah yang ada, FH mempunyai kemampuan produksi susu yang tinggi (Siregar, 1993).
2.2 Seleksi sapi perah
seleksi adalah kegiatan untuk membuat keputusan tentang ternak, berdasarkan informasi yang masuk (didapatkan). Dalam hal ini peternak harus mulai pertimbangan nilai-biak (breeding value) dari ternak tersebut. Di dalam suatu usaha pembiakan (breeding program) yang harus dipermasalahkan sebenarnya adalah nilai genetic dari hasil karyanya. Sangat disayangkan meskipun konsep dari nilai biak telah lama ada, tetapi konsep tersebut belum banyak di pergunakan dalam praktek kecuali dalam sapi perah. Untuk membantu membuat keputusn, sebenarnya banyak data dan informasi yang dapat dipergunakan.
Data-data dan informasi tersebut dapat dibagi sebagai berikut :
1. Seleksi individu atau massa (performance test)/ Tes Prestasi.
2. Seleksi silsilah.
3. Seleksi turunan.
4. Seleksi kekerabatan.
(1) Seleksi individu/massa.
Yaitu seleksi untuk ternak bibit yang didasarkan pads catatan produktifitas masing-masing ternak. Seleksi individual pada ternak sapi adalah cara seleksi yang paling sederhana dan mudah dilakukan di pedesaan dengan dasar bobot sapih anak sapi yang ada dan sebagainya. Seleksi individu adalah metoda seleksi yang paling sederhana paling banyak digunakan untuk memperbaiki potensi genetik ternak. Seleksi ini sering dilakukan jika :
1.Fenotip ternak yang bersangkutan bias diukur baik pada jantan atau betina.
2.Nilai heritabilitas atau keragaman genetic tinggi.
Seleksi bisa dilakukan dengan memilih ternak-ternak terbaik berdasarkan nilai pemuliaan. Dalam aplikasi dilapangan, jika memungkinkan, nilai heritabilitas dan nilai pemuliaan ternak jantan dan betina dipisah, kemudian dipiilih ternak-ternak terbaik sesuai keperluan untuk pengganti. Pada ayam pedaging, seleksi individu sering dan lebih mudah ddilakukan karena sifat tumbuh bisa diukur langsung baik pada jantan ataupun betina. Demikian juga lingkungan yang diberikan biasanya sama, seperti dalam satu kandang ayam-ayam berasal dari tetasan yang sama, pakan sama, dan perlakuan yang sama. Sering seleksi hanya berdasarkan pertimbangan fenotip saja tidak perlu menduga nilai pemuliaan. Seleksi individu akan semakin rumit apabila banyak faktor yang mempengaruhi fenotip, seperti pada domba, babi, dan sapi perah. Pada domba misalnya, faktor yang mempengaruhi bobot badan sangat banyak, seperti jenis kelamin, tipe kelahiran, paritas induk, dan musim waktu ternak-ternak tersebut dibesarkan. Apabila faktor-faktor ini tidak diperhatikan, ketepatan memilih ternak akan berkurang. Sebagai contoh, apabila kita ingin memilih domba berdasarkan berat saja, maka yang akan terpilih adalah domba-domba jantan yang berasal dari kelahiran tunggal, padahal domba yang berasal dari kelahiran kembar mungkin mempunyai potensi genetik tinggi. Karena pengaruh dari induk mulai dari uterus sampai mereka disapih, domba-domba yang berasal dari kelahiran tunggal walaupun induknya sama. Dalam pendugaan nilai pemuliaan, faktor-faktor yang mempengaruhi fenotip harus diperhatikan dan dipertimbangkandalam evaluasi.
Perfomance Tes dibutuhkan jika kita inbgin mengetahui prestasi seekor ternak, berdasarkan dari ukuran jasa atau hasil sifat keturunannya sendiri. Carta seleksi melalui performance test ini dipergunakan untuk prilaku2 atau karakter dengan sifat menurun yang tonggi dimana dikehendaki penampilan ternak tersebut akan terjamin menurun pada keturunannya. Memperbandingkan mutu genetik ternak berdasarkan prestasi individual disebut performance test. Tes prestasi tidak lazim dipergunakan pada sapi perah tetapi lebih umum pada sapi potong, biri-biri dan babi.
Teori cara pelaksanaan tes prestasi ini mudah dan sederhana. Dalam kegiatan ini kita akan memilih ternak yang mempunyai prestasi terbaik dari sekelompok ternak yang berumur kira-kira sama dan dipelihara serta diperlakukan sama. Beberapa masalah atau problem pelaksanaan yang biasanya timbul terutama mengenai masalam diperlakukan sama. Sebenarnya pertanyaan yang timbul ialah, bagaimana perlakuan terhadap ternak tersebut sebelum ia dilakukan tes prestasi tersebut. Harus diingat bahwa ternak yang dibandingkan tersebut, harus berada dalam satu lingkungan yang sama. Andaikata sebelum dilakukan test prestasi atau dapat disebut pra-performance test, ternak tersebut berasal dari lingkungan yang berbeda-beda, sulit diramalkan bahwa hasil tes prestasi nantinya dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya. Harus diingat bahwa pengaruh faktor lingkungan, misalnya penyakit dapat secara tuntas disembuhkan tanpa efek sampingan yang merugikan setelah ia sembuh, tetapi ada pula yang meskipun telah sembuh akan mengakibatkan hambatan untuk suatu periode tertentu. Dapat dimengerti bahwa jika ternak yang demikian masuk kedalam tes prestasi, ia akan memberikan hasil prestasi yang lebih rendah, yang sebenarnya bukan disebabkan oleh faktor genetiknya. Oleh karena itu haruslah diingat bahwa sedapat mungkin ternak yang dibandingkan harus berada ataun berasal dari lingkungan yang sama dan jangan dari lingkungan berbeda.
Kebenaran dan ketepatan dari hasil tes prestasi tersebut, dapat pula diukur atau diperbandingkan dengan hanya progeny test yang akan dilakukan kelak. Dalam memilih ternak yang terbaik tersssebut, peternak mempunyai rekor atau catatan untuk masing-masing dari ternak, dan sejak itu nilai biak untuk suatu karakter atau perilaku dapat dihitung dengan memakai rumus sebagai berikut:
Nilai Biak = Kekuatan sifat menurun suatu karakter X (rata-rata individu – (NB) rata-rata ternak semasa) Atau NB = h2 X (deviasi individu)
(2) Seleksi Silsilah (Pedigree Selection)
Seleksi yang dilakukan berdasarkan pada silsilah seekor ternak. Seleksi ini dilakukann untuk memilih ternak bibit pada umur muda, sementara hewan muda tersebut beium dapat menunjukkan sifat-sifat produksinya. Pemilihan Bibit Ternak (contoh : ternak kambing/domba) Pemilihan bibit ternak bertujuan untuk memperoleh bangsa-bangsa ternak yang memiliki sifat-sifat produktif potensial seperti memiliki persentase kelahiran anak yang tinggi, kesuburan yang tinggi, kecepatan tumbuh yang baik serta ppersentasi karkas yang baik dan sebagainya. Kriteria - kriteria yang biasa dipergunakan sebagai pedoman dalarn rangka melaksanakan seleksi atau pemilihan bibit ialah : bangsa ternak, kesuburan dan persentase kelahiran anak, temperamen dan produksi susu induk, produksi daging dan susu, recording dan status kesehatan temak tersebut.
1. Bangsa
Pemilihan jenis ternak misalnya (kambing/domba) yang hendak diternakan biasanya dipilih dari bangsa ternak kambing/domba unggul
2. Kesuburan dan persentase kelahiran anak yang tinggi
Seleksi calon induk maupun pejantan yang benar jika dipilih dan turunan yang beranak kembar dan mempunyai kualitas kelahiran anak yang baik.
3. Temperamen dan jumlah produksi susu induk
Induk yang dipilih hendaknya sebaiknya memiliki temperamen yang baik, mau merawat anaknya serta selalu siap untuk menyusui anaknya.
4. Penampilan Eksterior
Penampilan eksterior ternak bibit harus menunjukkan kriteria yang baik untuk bibit baik ternak jantan maupun betinanya (induk). Untuk memberikan penilaian keadaan atau penampilan eksterior dapat dilakukan dengan melakukan perabaan/pengukuran ataupun pengamatan.
(3) Metoda silsilah turunan
Yang dimaksud dengan pedigri ialah sebuah rekor atau catatan dari leluhur atau juga disebut juga silsilah turunan di mana nilai silsilah tersebut bergantung dari yang ditungkan didalmnya. Andaikata silsilah tersebut hanya berisi nama dan nomor ternak yang diberikan oleh asosiasi peternak, tentu nilainya dapat dikatakan hampir tidak ada. Jika terjadi sebaliknya yaitu catatan tersebut lengkap ( nama, urutan dan prestasi masing2 ternak) tentu saja nilainya menjadi tinggi dan dapat dimanfaatkan. Kepentingan utama peternak menggunakan pedigri, ialah untuk menentukan berapa banyak pertimbangan atau bobot yang diberikan pada setiap leluhur, karena jika ia akan mempergunakan pedifri yang telah dikembangkan atau bobot yang diberikan pada setiap leluhur, kerena jika ia akan mempergunakan pedigri yang telah dikembangkan atau lengkap, kelak akan terlihat terlalu banyak leluhur. Hal2 penting yang harus diingat di dalam pedigri adalah sbb:
- Ternak yang penurunannya tercatat disebut subyek dari pedigri.• Setiap ternak di dalam pedigri memperoleh setengah dari genetic make-up penurunannya, tidak peduli pada tingkat mana di dalam pedigri tersebut ia di amati.
- Masing2 kakeknya menyumbang seperempat dari genetic make-up subyek, dan diperhitungkan sumbangan dari pendahulunya (penurun kakek) adalah lebih kecil.
- Jika tercatat ketepatan dari prestasi leluhurnya, juga sulit dipakai sebagai patokan saat ini karena mereka dipelihara dalam lingkungan yang berbeda.
(4) Uji Keturunan (Progeny Test)
Penilaian mutu yang berdasarkan prestasi dari keturunannya adalah Progeny Test atau uji keturunan. Tes ini umumnya dilakukan terhadap pejantan, karena ia bertanggung jawab terhadap banyaknya keturunan yang dihasilkan seumur hidupnya. Pada hewan betina hal ini tidak lazim dilakukan, kecuali jika dapat dilakukan embrio plantasi. Uji keturunan dibutuhkan dalah hal2 atau situasi sbb:
- Untuk karakter2 yang lemah diturunkannya.
- Untuk karakter yang khusus ditampilkan oleh salah satu jenis kelamin (misalnya produksi susu).
- Untuk prilaku khusus setelah dipotong (komposisi karkas).
Prinsip2 genetik dalam uji keturunan sebenarnya sangat sederhana. Sebagaimana diketahui, setiap keturunan akan mendapat genda dari penurunannya dan semakin banyak keturunan yang diteliti, diharapkan semakin tepat pulalah penilaian2 terhadap penurunannya.
Sering suatu sifat hanya muncul pada salah satu jenis kelamin saja ,misalnya produksi susu. Tetapi keunggulan potensi genetik ternak jantan untuk produksi susu juga sangat penting, karena pada umumnya ternak jantan dapat mengawini banyak betina. Apabila keadaan ini terjadi, maka bisa dilakukan uji Zuriat.Uji Zuriat adalah suatu uji terhadap seekor atau sekelompok ternak berdasarkan performance atau tampilan dari anak-anaknya. Uji ini lazim digunakan untuk evaluasi pejantan karena pejantan biasanya banyak menghasilkan keturunan. Keberhasilan uji Zuriat tergantung pada syarat-syaratberikut ini :
1. Pejantan diuji sebanyak-banyaknya (minimal 5-10 ekor tergantung jumlah anak yang dihasilkan).
2. Pengawinan pejantan dengan betina dilakukan secara acak untuk menghindari jantan-jantan mengawini betina yang sangat bagus atau sangat jelek.
3. Jumlah anak per pejantan diusahakan sebanyak mungkin (minimal 10 anak)
4. Jangan dilakukan seleksi terhadap anak-anaknya sebelum uji selesai.
5. Anak-anak seharusnya diperlakukan sama untuk mempermudah dalam membandingkan.
(5) Seleksi Keluarga (family)
Yang dimaksud denga istilah keluarga adalah pelaksanaan seleksi dimana keluarga dipergunakan untuk membantu membuat suatu keputusan. Dalam pelaksanaannya sring terjadi keragu-raguan mengenai seleksi keluarga tersebut karena adanya perbedaan pendapat mengenai yang mana yang dimaksud dengan keluarga tersebut. Mengenai keluarga dapat dibagi dalam 3 bentuk atau asal :
1) Keluarga pejantan : seluruh keturunan yang berasal dari satu pejantan. Keluarga pejantan tsb dapat dibagi dalam :
a) Yang lahir dalam tahun yang sama.
b) Yang lahir dalam tahun yang berbeda-beda.
2) Keluarga induk : keturunan yang dilahirkan oleh seekor induk. Dalam hal ini juga dapat terjadi keturunan yang lahir dalam tahun yang sama (kembar atau dalam bantuan embrio plantasi) dan keturunan yang lahir dalam tahun yang berbeda.
3) Keluarga pejantan dan induk ;dalam hal iniketurunan berasal dari pejantan dan induk yang sama.
(6) Seleksi Kekerabatan (Family Selection)
Yaitu seleksi individu atas dasar performans kerabat-kerabatnya (misalnya saudara tiri sebapak atau saudara kandung). Seleksi kerabat dilakukan untuk memilih calon pejantan sapi perah dengan tujuan untuk meningkatkan produksi susu yang tidak dapat diukur pada ternak sapi jantan, dengan mengukur produksi kerabat-kerabat betinanya yang menghasilkan susu. Seleksi kekerabatan biasa dilakukan apabila :
1.Nilai heritabilitas rendah2.Ternak betina banyak menghasilkan keturunan
3.Ternak diberi perlakuan khusus sehingga tidak bisa dipakai sebagai pengganti.
Sebagai contoh pada ayam, suatu seleksi ditunjukan untuk mencari ayam-ayam yang tahan terhadap penyakit spesifik. Anak-anak dari suatu keluarga dibagimenjadi 2 kelompok ; satu kelompok untuk ayam pengganti , dan kelompok lain yaitu ayam-ayam yang dipakai untuk percobaan yang diberi perlakuan penyakit. Ayam yang diberi perlakuan penyakit tidak bisa dipakai sebagai pengganti (Anonim,2013).
Judging adalah penilaian maupun seleksi sapi perah menyangkut pengamatan guna menghubungkan antara tipe sebagai sapi perah yang baik dengan fungsi produksi susunya (Blakely dan Bade, 1998). Penilaian judging menggunakan kartu skor yang disebut The Dairy Cow Unified Score Card, dimana kartu ini dibagi menjadi empat bagian utama, yaitu penampilan umum, sifat perah, kapasitas badan, dan sistem mamae (Williamson dan Payne, 1993).Sapi perah yang bentuk luarnya bagus adalah pada bagian tubuh berbentuk segitiga yang menunjukan memproduksi susu yang tinggi, kepala yang panjang, sempit dan tak banyak daging, mata yang besar dan bersinar, sedangkan pada leher panjang, tipis dengan lipatan kulit yang halus dan gelambir kecil (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Penampilan umum memberikan gambaran tentang karakteristik bangsa serta sifat kebetinaan yang dimiliki oleh sapi perah (Williamson dan Payne, 1993).
Adapun Klasifikasi penilaian tipe bangsa yaitu :
1. Sangat bagus (85 - 90)
2. Agak bagus (80 - 84)
3. Bagus (75 - 79)
4. Sedang (65 - 74)
5. Buruk (<65)
Klasifikasi ini dapat bervariasi menurut bangsa (Blakely dan Bade, 1995). Adapun Sapi termasuk dalam kategori
3. Exellent dengan nilai lebih dari 90
4. Good plus dengan nilai 85 – 90
5. Good dengan nilai 75 – 85
6. Poor jika nilainya dibawah 75
Sapi perah yang baik perlu memiliki alat-alat tubuh yang besar termasuk perut guna mencernakan makanan yang banyak yang diperlukan untuk menghasilkan susu yang banyak (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Penilaian judjing sapi perah ada empat, antara lain General Appearance, Dairy Character, Body Cappacity, dan Mammary System (Blakely dan Bade, 1998).
2.4 Body Condition Score (BCS)
Body Condition Score (BCS) merupakan suatu teknik penilaian yang membantu peternak dalam menilai kualitas dan performa ternak sapi perah. Penilaian kondisi tubuh dilakukan dengan cara pengamatan dan perabaan terhadap deposit lemak pada bagian tubuh ternak, yaitu pada bagian punggung dan seperempat bagian belakang, seperti pada bagian processus spinosus, processus spinosus ke processus transversus, processus transversus, legok lapar, tuber coxae (hooks), antara tuber coxae dan tuber ischiadicus (pins), antara tuber coxae kanan dan kiri, dan pangkal ekor ke tuber ischiadicus dengan skor 1-5 (skor 1=sangat kurus, skor 3= sedang, dan skor 5= sangat gemuk) skala 0,25 (widianatias , 2015).
Evaluasi terhadap nilai BCS dilakukan pada periode fisiologis ternak yaitu :
- Saat beranak ( at calving )- Setelah beranak ( post partum )
- Saat dikawinkan ( breeding )
- Pemeriksaan kebuntingan ( pregnancy diagnosis )
- Periode lahir laktasi ( hari ke 250 laktasi )
- Saat pengeringan ( at dry off )
a. Mengevaluasi Induk Sapi Menggunakan BCS
BCS harus digunakan untuk mencapai kondisi tubuh yang optimal pada saat melahirkan. Hal ini akan memaksimalkan efisiensi reproduksi dan ekonomi secara keseluruhan pada populasi. Banyak faktor yang berhubungan dengan kondisi tubuh yang berubah sepanjang tahun. Setelah kelahiran, persyaratan nutrisi yang tinggi untuk laktasi untuk memelihara atau meningkatkan kondisi tubuh selama 60 hari pertama periode menyusui hampir mustahil. Umumnya sapi akan kehilangan satu level selama periode ini. Selain pemeliharaan dan tuntutan laktasi, sapi harus mempersiapkan diri untuk perkawinan selanjutnya. Sapi dewasa berbagai macam breed harus di BCS 5 atau lebih besar pada kelahiran untuk mencapai fungsi reproduksi yang memadai dengan musim kawin berikutnya. BCS di bawah 5 pada sapi dewasa mempengaruhi fungsional reproduksi dan massa estrus pertama
b. Cara mengukur dan menilai BCS pada ternak sapi.
Sistem penilaian yang umum telah dikembangkan untuk memperkirakan rata-rata kondisi tubuh sapi dalam populasi. Sistem penilaian ini menyediakan skor relatif berdasarkan evaluasi timbunan lemak dalam hubungannya dengan fitur kerangka. Kondisi tubuh untuk sistem penilaian yang paling banyak digunakan untuk sapi memberikan skor dari 1 (kurus dan hampir tidak ada lemak) sampai 9 (berlebihan lemak). Penilaian 1-3 adalah kurus, nomor 4 tergolong perbatasan, 5-6 yaitu optimal, sedangkan 7-9 adalah gemuk.
1. Kurus parah; kelaparan dan lemah, tidak ada lemak terdeteksi di punggung, pinggul atau tulang rusuk; tailhead dan individual tulang rusuk terlihat mencolok; semua struktur rangka terlihat tajam dan biasanya ternak terserang penyakit. Dalam sistem produksi normal ternak di BCS ini jarang terjadi.
2. Kurus; mirip dengan BCS 1, tapi tidak lemah; jaringan otot sedikit terlihat; tailhead dan iga kurang menonjol.
3. Sangat kurus; tidak ada lemak diatas tulang rusuk atau di punggung; tulang punggung mudah terlihat, sedikit peningkatan dalam otot lebih dari BCS.
4. Perbatasan; rusuk individu terlihat kurang tertutup lemak secara keseluruhan; otot meningkat melalui bahu dan kaki belakangnya, pinggul dan tulang punggung terlihat sedikit membulat dibandingkan penampilan tajam BCS 3.
5. Sedang; lemak yang menutupi tulang rusuk meningkat, tulang rusuk umumnya hanya dibedakan 12 dan 13 secara individual, tailhead penuh tapi tidak bulat.
6. Baik; tulang rusuk belakang dan tailhead terlihat agak bulat dan ketika diraba sedikit penumpukan lemak pada punggung.
7. Gemuk; munculnya daging dan lemak dan ke belakang tailhead, dan punggung; tulang rusuk tidak terlihat; daerah vulva dan rektum eksternal mengandung timbunan lemak sedang; pada ambing sedikit berlemak.
8. Sangat gemuk; kuadrat penampilan karena kelebihan lemak di punggung, tailhead, dan bagian belakangnya; penumpukan lemak ekstrim di punggung dan seluruh tulang rusuk; lemak yang berlebihan di sekitar vulva dan rektum; mobilitas dalam ambing mungkin mulai dibatasi.
9. Obesitas; mirip dengan BCS 8, tetapi untuk tingkat yang lebih besar mayoritas lemak disimpan pada ambing yang terbatas efektifitas laktasi.
Dalam sistem produksi normal ternak di BCS ini jarang terjadi.
Tabel 1: adalah contoh dari aspek penilaian BCS
I. KEADAAN UMUM
Ciri-ciri Umum :Sifat Kebetinaan : Feminim dan Jinak
Keharmonisan : Kombinasi dari seluruh bagian tubuh serasi
Sifat Karakteristik BS :
- Warna putih belang hitam/hitam belang putih
- Ekor harus putih (tidak boleh hitam)
- Di bawah lutut dan siku tidak boleh hitam
- Badan besar dan kemampuan makan banyak
- Kepala :
- Panjang-sempit-lurus
- Tanduk mengarah ke depan & belok ke dalam
- Moncong lebar & luas
- Mata lebar & cerah-menonjol; jarak keduanya lebar
- Dahi agak lebar
- Batang hidung lurus
- Ukuran telinga sedang & terangkat tajam
- Rambut panjang pada puncak kepala tidak baik
Bahu : Rata dan merapat dengan tubuh
Punggung :
- Lurus (dari gumba à pangkal ekor)
- Tulang punggung nampak jelas, lurus & kuat
- Pinggang luas dan lebar
- Kemudi (Pinggul) : Panjang, lebar & luas/rata & tinggi
- Pangkal ekor : Membentuk garis lurus dengan garis punggung & tidak keras
- Ekor : Ramping dan Langsing
- Kaki depan : Ukurannya sedang, lurus/tegak; jarak keduanya lebar
- Kaki belakang : Hampir tegak lurus dengan siku ke bawah berupa garis lurus jika dilihat dari belakang
- Tracak : Rata, halus & rapi
• Bentuk : Segi tiga baji/sperti gergaji: Halus
• Leher : Panjang, licin, terpaut halus dengan bahu & dada bagian depan (Brisket); Terdapat lipatan kulit pada pankal leher & dada bagian depan
• Gumba / Pundak : Agak tajam & tipis/menonjol
• Tulang Rusuk : Lebar, pipih & panjang; jarak agak lebar ± 3 jari
• Flank : Dalam & halus
• Paha : Rata sampai berliku/rata dilihat dari belakang;
Dari belakang tampak melebar (Untuk ruang
ambing)
• Lipat paha : Nampak jelas
• Kulit & Rambut :
- Kulit : Lentur, longgar dengan bagian dalamnya & mudah dilipat
- Rambut : Halus & mengkilap
III. KAPASITAS TUBUH
- Lingkar perut : Dalam dan besar kearah belakang
- Lingkar dada : Luas dan dalam; Jarak kedua pangkal kaki depan (dasar dada) cukup lebar
- Lingkar dada menunjukkan Konstitusi & Vigor
- Size (besar) : PENTING!! Bila karakteristik sama Sapi yang besar à Lebih baik
IV. SISTIM AMBING
a) Ambing Keseluruhan :
- Pertautan : Baik dan kuat di bawah perut, -diantaranya ke2 kaki belakang, -mulai sedikit dibawah vulva (alat kelamin dibagian belakang & kedepan menjulur samapi kebawah perut)
- Ukururan : Bagian depan & belakang ambing hampir sama besarnya dengan batas-batas yang hamper tidak kentara diantara ke4 kwartir à jika dilihat dari samping; simetris, panjangnya sedang, lebar & dalam
b) Ambing Depan : Panjangnya sedang; pertautannya baik; lebarnya kompak dari depan ke belakang
c) Ambing belakang : Tinggi, Lebar, Ramping, agak bulat; Lebarnya kompak dari atas ke bawah; pertautannya kuat
d) Putting :
- Terdapat 4 buah (4 bagian kwartir)
- ke 4 putting ukurannya sama (simetris) & cukup besarnya
- Panjang & diameternya sedang
- Bentuk silindris
- Posisinya tegak lurus vertical) & tampak baik (simetris) dari depan hingga belakang
e) Vena Susu : Jelas, basar, panjang, bekelok-kelok (berliku-liku) & bercabang
2.5 Metode plucing
Adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara pengurutan ternak dari ternak yang memiliki kualitas produksi susu sapi yang tinggi hingga ternak yang memiliki kualitas produksi susu sapi yang rendah .replacement adalah pergantian sapi-sapi perah yang sudah tua atau tidak lagi produktif dalam hal menghasilkan susu . setelah melalui teknik mengurutkan sapi dari yang memiliki kualitas susu yang tinggi kerendah kemudian hal yang dilakukan adalah mengganti sapi tersebut dengan sapi yang memiliki kualitas produksi susu yang baik. hal ini dikarenakan agar para peternak mendapatkan keuntungan yang besar dari sapi yang menghasilkan produksi susu yang tinggi hingga dapat dipasarkan secara banyak . adapun tujuan secara umum replacement yaitu :
1. Mengganti ternak yang mati
2. Meremajakan sapi
3. Mengganti ternak yang produksinya menurun
Adapun replacement dapat dibagi menjadi 3 cara yaitu :
1. Dapat dilakukan dengan bibit sendiri
Maksudnya di sini yaitu para peternak dapat menghasilkan bibit sapi dari sapi sebelumnya
2. Dapat di lakukan dengan cara di beli
Maksudnya para peternak dapat membeli peganti sapi tersebut namun ketika sapi yang akan di beli tersebut mempunyai kekurangan yaitu harus menyiapkan modal , dan resiko terhadap penularan penyakit serta resiko produktivitasnya
3. Dapat dilakukan dengan cara 50% di ambil dari bibit sendiri dan 50% dari sapi yang di beli
Adapun cara atau tahap replacement dapat dicontohkan sebagai berikut :
Suatu perusahaan sapi perah memelihara sejumlah sapi yang sedang laktasi sebanyak 300 ekor . perusahaan memutuskan untuk memakai tingkatan peremajaan 20%
a. Berapa jumlah ekor sapi replacement yang harus di siapkan setiap tahunnya
b. Berapa ekor sapi yang harus diganti setiap tahunnya
c. Apabila dengan peningkatan manajemen yang baik tingkatan replacemen menurun 15% berapa selisi umur sapi yang dikaling pada umur pemakaian 15%
Jawab
a. Replacemen yang harus disiapkan yaitu
20% = 20/100x300 = 60 %
60% = 60/100x300 = 180 ekor sapi yang harus disediakan
b. Peganti pertahun yaitu :
20% = 20/100x300 = 60 ekor sapi pertahun
c. 15% umur yang dicaling = 10 tahun
Jadi selisih yaitu 8:10 atau 4:5 jadi selisihnya yaitu 2 tahun
2.6 Penampilan Umum Sapi Perah (General Appearance)
Merupakan imbangan dari bagian-bagian tubuh ternak, dengan cara membandingkan bentuk-bentuk dari suatu bagian, letak bagian tersebut dibandingakan dengan bentuk yang umum. Penampilan umum ini memberikan gambaran tentang karakteristik bangsa serta sifat kebetinaannya. Seekor sapi perah betina yang sedang berproduksi harus memperlihatkan penampilan secara umum yang serasi / harmonis, diantaranya memiliki simetri, badan dan system mamae yang berimbang, kapasitas perut yang besar, serta garis atas badan yang lurus dan panjang sebagai gambaran kemampuan menyusui dalam jangka panjang serta sebagai gambaran prestasi produksi yang tinggi. Bagian-bagian tubuh sapi yang mendekati kondisi ideal dapat menunjang produksi yang akan dihasilkannya.
- Kepala : Kepala harus atraktif dengan lubang hidung yang besar. Hal ini dapat menggambarkan tentang banyaknya pakan yang bisa dikonsumsi serta udara yang bisa dihirup melalui nafasnya.
- Mata harus tajam dan telinga berukuran sedang. Umumnya kepala harus halus dan lebih menunjukkan karakteristik ternak perah daripada ternak potong.
- Bahu (Shoulder) : Bahu harus kuat namun tidak kasar serta merata dengan tubuh. Sapi dengan bahu yang tidak rata menandakan kurang kuat dalam menyangga bagian tubuh depan sapi.
- Punggung : Punggung harus lurus dan kuat. Punggung yang lemah menandakan lemahnya tubuh secara umum.
- Bokong / Rump dan pangkal paha (Thurl) : Bokong dan pangkal paha harus panjang dan kuat untuk menahan tubuh dan ambing.
- Sapi harus memiliki tulang pinggul (hips) dan tulang duduk (pin bones) untuk kapasitas yang lebih besar dan kemudahan dalam beranak.
- Ekor harus ramping dan pangkal ekor harus berpadu dengan rapi pada bokong.
- Kaki Sapi: Kaki harus lurus, kuat, cukup lebar untuk menyangga ambing yang lebih besar, serta memiliki sudut yang tepat untuk melangkah.
- Pundak (withers): Pundak harus tajam melebihi bagian atas punggung. Hal ini menandakan tidak adanya lemak dan sering kali diindikasikan sebagai penghasil susu yang baik. Kulit harus tipis, lepas, dan lentur (widianatias,2015).
2.7 Sifat Perah (Dairy Character)
Merupakan bentuk badan sapi perah yang ideal yang menggambarkan kemampuan produksi susu yang tinggi. Gambaran tentang sifat perah tersebut diantaranya memiliki badan yang menyudut (anguler, dengan perdagingan yang tipis). Hal ini memberikan gambaran kemampuan sapi perah untuk mengubah pakan menjadi susu bukan menjadi lemak. Sapi perah harus memiliki daging yang cukup, tidak terlalu kurus, tetapi juga tidak terlalu gemuk. Secara singkat sapi perah memiliki ciri-ciri tubuh sebagai berikut:
a). Tubuhnya luas ke belakang seperti baji atau gergaji
b). Sistem dan bentuk perambingannya baik dan bentuk puting simetris
c). Efisiensi pakan yang dialihkan untuk produksi susu tinggi
d). Sifatnya baik dan jinak (widianatias,2015).
2.8 Syarat-syarat Bibit Sapi Perah Yang Baik
A. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:
- Produksi susu tinggi,
- Umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
- Berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai eturunan produksi susu tinggi,
- Bentuk tubuhnya seperti baji,
- Matanya bercahaya
- Punggung lurus,
- Bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
- Ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
- Tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan (h) tiap tahun beranak
B. Sementara calon induk yang baik antara lain:
- Berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
- Kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
- Jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
- Pertumbuhan ambing dan puting baik,
- Jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta
- Sehat dan tidak cacat.
C. Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Umur sekitar 4- 5 tahun,
- Memiliki kesuburan tinggi,
- Daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
- Berasal dari induk dan pejantan yang baik,
- Besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
- Kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
- Muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
- Paha rata dan cukup terpisah,
- Dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
- Badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
- Sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya (Anonim, 2013).
2.9 Sistem Mamae
System mamae adalah system mamae yang besar, melekat dengan mantap sehingga bisa bertahan lama ketika disusui. Ambingnya besar, lunak dan lentur yang menunjukkan kelenjar susu aktif dan jumlahnya banyak. Namun sebaiknya tidak mengandung jaringan yang non produktif yang dapat membatasi ruang jaringan sekresi susu untuk memproduksi susu. Jaringan tersebut dapat dikenali dengan melihat perubahan bentuk ambing yang significant setelah pemerahan. Ambing belakang (rear udder) harus tinggi dan lebar. Kuartir depan harus seimbang dengan kuartir belakang. Putting harus seragam ukurannya. Tepat melekat pada ambing sehingga memudahkan pemerahan.
Ambing harus besar. Ini menandakan adanya sejumlah jaringan sekresi susu. Namun sebaiknya tidak mengandung jaringan yang non produktif yang dapat membatasi ruang jaringan sekresi susu untuk memproduksi susu. Jaringan tersebut dapat dikenali dengan melihat perubahan bentuk ambing yang significant setelah pemerahan. Ambing harus baik perlekatannya pada perut untuk mencegah terjadinya luka pada ambing dan agar mudah beradaptasi dengan penggunaan alat mesin perah modern. Ambing belakang (rear udder) harus tinggi dan lebar. Kuartir depan harus seimbang dengan kuartir belakang, panjangnya sedang melekat pada perut. Puting harus seragam ukurannya. Tepat melekat pada ambing sehingga memudahkan pemerahan (widianatias,2015).
2.10 Kapasitas Badan (Body Capacity)
mengacu pada kapasitas yang berhubungan dengan kerangka tubuh. Sapi dengan body capacity yang bagus memiliki lingkar dada dan lingkar perut yang luas. Saat menilai ternak ada tiga dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu panjang badan, lebar dan dalam dada sapi (widianatias,2015).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu penilaian pada ternak perah merupakan hal yang sangat penting yaitu agar memudahkan peternak dalam memilih ternak yang dapat di jadikan bibit atau bakalan yang mempunyai kualitas tinggi dalam produksi susu . adapun penilaian ternak perah dapat di lakukan dengan cara metode judging , metode seleksi ternak perah ,metode scoring dan metode plucing . adapun metode judging merupakan penilaian maupun seleksi sapi atau ternak perah yang menyangkut pengamatan guna menghubungkan antara tipe sebagai sapi perah yang baik dengan produksi susunya . adapun seleksi ternak perah yaitu kegiatan untuk membuat keputusan tentang ternak, berdasarkan informasi yang masuk (didapatkan). Dalam hal ini peternak harus mulai pertimbangan nilai-biak (breeding value) dari ternak tersebut.pada seleksi ternak perah ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu Seleksi individu atau massa (performance test)/ Tes Prestasi, Seleksi silsilah
Seleksi turunan dan Seleksi kekerabatan yang masing-masing seleksi tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing . sedangkan metode scoring adalah teknik penilaian yang membantu peternak dalam menilai kualitas dan performa sapi perah yang di lakukan dengan cara pengamatan dan perabaan terhadap kulit lemak pada bagian punggung dan dan keempat bagian belakang dan metode pluving merupakan suatu metode yang di gunakan untuk mengurutkan ternak atau sapi perah dari yang memiliki kualitas produksi susu yang tinggi hingga yang memiliki kualiatas produksi susu yang rendah . tujuannya yaitu agar dapat mengganti ternak yang memiliki kualitas produksi susu yang rendah dengan ternak yang memiliki produksi susu yng tinggi agar peternak mendapatkan keuntungan dari hal tersebut . oleh karena itu penilaian ternak perah ini sangat penting bagi kelangsungan hidup para peternak .
3.2 Saran
Adapun saran dari makalah ini yaitu diharapkan agar penilaian ternak ini melalui beberapa metode yaitu metode judging , metode seleksi , metode pemberian scoring dan metode plucing ini dapat dilakukan oleh peternak dengan baik agar dapat mendapatkan hasil maksimal yang berupa ternak perah yang memiliki kualitas produksi susu yang tinggi sehingga peternak dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya .
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2013.http://ilmupeternakan10.blogspot.co.id/2013/04/macam-macam-seleksi-ternak.html
Blakely, J dan Bade, DH. 1995. Ilmu Peternakan Edisi ke 5. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono).
Blakely, J dan Bade, DH. 1998. Ilmu Peternakan Edisi ke 8. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono).
Siregar, M. S. 1993. Jenis Tehnik Pemeliharaan dan Analisis Usaha Sapi Perah. Swadaya, Jakarta.
Syarief, M.Z dan Sumoprastowo. 1990. Teknik Pemeliharaan Sapi Perah. Kanisius, Yogyakarta.
Widianatias,2015.http://widianatias.blogspot.co.id/2015/06/makalah-judging-sapi-perah.html
Williamson, G dan Payne, W. J. A. 1993. Pengantar Peternakan di daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.