Tugas Manajemen Industri Produktivitas Jurusan Teknik Mesin

Tugas Manajemen Industri Produktivitas Jurusan Teknik Mesin
I. PENGERTIAN PRODUKTIVITAS
Pengertian produktivitas sangat berbeda dengan produksi. Tetapi produksi merupakan salah satu komponen dari usaha produktivitas, selain kualitas dan hasil keluarannya. Produksi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan hasil keluaran dan umumnya dinyatakan dengan volume produksi, sedangkan produktivitas berhubungan dengan efisiensi penggunaan sumber daya (masukan dalam menghasilkan tingkat perbandingan antara keluaran dan masukan). Peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan utama untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya, pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas jangka panjang. Dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang sama, pertumbuhan output akan meningkat lebih cepat apabila kualitas dari kedua sumber daya tersebut meningkat. Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat dirinci, pengukuran kontribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sering dihadapkan pada berbagai kesulitan. Disamping itu, kedudukan manusia, baik sebagai tenaga kerja kasar maupun sebagai manajer, dari suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak sama dengan mesin atau alat produksi lainnya. Seperti diketahui bahwa output dari setiap aktivitas ekonomi tergantung pada manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut, maka sumber daya manusia merupakan sumber daya utama dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan. Sejalan dengan fenomena ini, konsep produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja. Tentu saja, produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi, dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi komplementernya seperti alat dan mesin. Namun 16 demikian konsep produktivitas adalah mengacu pada konsep produktivitas sumber daya manusia. Secara umum konsep produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) persatuan waktu.
Pengertian produktivitas menurut beberapa para ahli :
1. Menurut J. Ravianto, bahwa: ”Produktivitas adalah suatu konsep yang menunjang adanya keterkaitan hasil kerja dengan sesuatu yang dibutuhkan untuk menghasilkan  produk dari tenaga kerja”.

2. Sedangkan menurut Muchdarsyah Sinungan, bahwa: ”Produktivitas adalah hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya, misalnya produktivitas ukuran efisien produktif suatu hasil perbandingan antara hasil keluaran dan hasil masukan”.

3. Mengenai produktivitas Payaman J. Simanjuntak, menjelaskan ”Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang terdiri dari beberapa faktor seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, dan sumber daya manusia yang merupakan sasaran strategis karena peningkatan produktivitas tergantung pada kemampuan tenaga manusia.”

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil keluaran dengan hasil masukan. keefektifan ini dilihat dari beberapa faktor masukan yang dipakai dibandingkan dengan hasil yang dicapai. Sedangkan produktivitas kerja yaitu jumlah produksi yang dapat dihasilkan dalam waktu tertentu.

Prinsip dalam manajemen produktivitas adalah efektif dalam mencapai tujuan dan efisien dalam menggunakan sumber daya. Unsur-unsur yang terdapat dalam produktivitas : 

1. Efisiensi
 Produktivitas sebagai rasio output/input merupakan ukuran efisiensi pemakaian sumber daya (input). Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana. Pengertian efisiensi berorientasi kepada masukan.

2. Efektivitas
 Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target yang dapat tercapai baik secara kuantitas maupun waktu. Makin besar presentase target tercapai, makin tinggi tingkat efektivitasnya. 3. Kualitas. Secara umum kualitas adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh pemenuhan persyaratan, spesifikasi, dan harapan konsumen. Kualitas merupakan salah satu ukuran produktivitas. Meskipun kualitas sulit diukur secara matematis melalui rasio output/input, namun jelas bahwa kualitas input dan kualitas proses akan meningkatkan kualitas output.

II ARTI PENTING PRODUKTIVITAS
Pentingnya arti produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan telah disadari secara universal, tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak mendapatkan keuntungan dari produktivitas yang ditingkatkan sebagai kekuatan untuk menghasilkan lebih banyak barangbarang maupun jasa, peningkatan produktivitas juga menghasilkan peningkatan langsung pada standar hidup yang berada dibawah kondisi distribusi yang sama dari perolehan produktivitas 19 yang sesuai dengan masukan tenaga kerja. Produktivitas penting dalam meningkatkan dan mempertahankan perusahaan dalam hal menghasilkan barang atau jasa yang pada dasarnya tidak lepas dari peningkatan dan pengefektifan mutu tenaga kerja sebagai sumber daya manusia yang sangat menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan. Pengukuran produktifitas digunakan untuk mengukur tingkat kinerja yang dicapai oleh perusahaan. Dengan adanya produktivitas maka perusahaan dapat menilai efisiensi dan efektifitas. Produktivitas berkaitan dengan memproduksi keluaran secara efisiensi dan khususnya ditujukan pada hubungan keluaran dengan masukan yang digunakan untuk mempeoduksi keluaran tersebut. Biasanya perbedaan atau kombinasi atau bauran input dapat digunakan untuk menghsilkan tingkat keluaran tertentu. Efisiensi produksi total adalah titik yang memenuhi dua kondisi yang memuaskan yaitu (Hansen&Mowen, 1997:22) : 1. Untuk setiap bauran input tertentu dapat menghasilakn output dalam jumlah tertentu, dalam arti ada kelebihan pemakaian input untuk menghasilkan output, meskipun mungkin hanya satu unit. 2. Dengan menggunakan bauran input tertentu yang memuaskan sebagaimana kondisi pertama bauran yang biayanya paling rebdah yang dipilih. Kondisi pertama disebabkan oleh adanya hubungan teknis dan oleh sebab itu dinamakan efisiensi teknis. Kondisi kedua disebabkan oleh hubungan relative harga input dan oleh karena itu disebt efisiensi harga. Program peningkatan produktivitas berkaitan dengan gerakan kearah efisiensi produktivitas total. Sebagai contoh peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan : a. Menggunakan semua input dalam jumlah yang lebih sedikit untujk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang sama. b. Menghasilkan keluaran yang lebih banyak dengan menggunakan input yang sama. 20 Pengingkatan produktivitas menjadi salah satu kunci bangi perusahaan pada umumnya, dan hal lain yang menyebabkan pentingnya produktivitas adalah meningkatknya standar kepuasan bagi pelanggan yang disertai dengan adannya kompetisi yang semakin ketat. Sebagai suatu kesatuan msing-masing bidang dan perusahaan harus mendukung produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Oleh sebab itu program peningkatan produktivitas merupakan usaha terpadu yang menjadi tujuan strategik setiap pimpinan perusahaan.

Dewan Produktivitas Nasional Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia dalam kaitannya dengan pengertian produktivitas tenaga kerja sebagai berikut:
Produksi dan produktivitas merupakan dua pengertian yang berbeda.  Peningkatan produksi menunjukkan pertambahan jumlah hasil yang dipakai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan dan perbaikan cara produksi.  Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas.  Karena produksi dapat meningkatkan walaupun produktivitasnya tetap ataupun menurun.
Pengert ian produktivitas tersebut di atas menguraikan peningkatan produksi maupun peningkatan produktivitas yang pada dasarnya menjadi peran utama adalah sumber daya manusia dalam proses peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan teknologi pada hakekatnya merupakan hasil kerja manusia.  Sehingga peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam 3 bentuk yaitu:
1. Jumlah produksi meningkat menggunakan sumber daya yang sama.
2. Jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit.
3. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan  sumber daya yang relatif lebih kecil.
Adapun pengertian produktivitas kerja menurut Nawawi (1990: 97) sebagai berikut:
Produktivitas kerja adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber kerja yang digunakan (input).  Produktivitas kerja dikatakan tinggi jika hasil yang diperoleh lebih besar daripada sumber kerja yang digunakan.  Sebaliknya produktivitas kerja dikatakan rendah, jika hasil yang diperoleh lebih kecil dari sumber kerja yang digunakan.

Dari pengertian produktivitas kerja di atas, produktivitas kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja menekankan pada hasil kerja dalam organisasi yang merupakan perwujudan tujuan-tujuannya, sedangkan hasil kerja tersebut bisa bersifat material dan non material.  Dengan demikian produktivitas kerja digambarkan melalui tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi.

Konsep produktivitas erat hubungannya dengan efisiensi dan efektivitas (Gomes, 2000). Efektivitas dan efisiensi yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Dan jika efektivitas dan efisiensi rendah, maka diasumsikan telah terjadi kesalahan manajemen. Jika efektivitas tinggi tetapi efisiensi rendah dimungkinkan terjadi pemborosan (biaya tinggi), sementara bila efisiensi tinggi namun efektivitas rendah, berati tidak tercapai sasaran atau terjadinya penyimpangan dari target.

Pengukuran produktivitas menyangkut permasalahan yang kompleks dan interdisipliner. Faktor-faktor mendasar yang mempengaruhi pencapaian produktivitas adalah oleh posisi investasi, baik modal, teknologi, manajemen, serta keterampilan dari tenaga kerja (Sinungan, 1997). Faktor manajemen meliputi cara dan proses menggerakkan orang lain untuk tujuan tertentu. Sedang faktor keterampilan tenaga kerja menyangkut kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja, motivasi kerja, disiplin, etos kerja serta hubungan antarpersonal.
Pengukuran produktivitas pendidikan dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu dilihat dari: (1) dimensi keluaran administrasi, (2) dimensi keluaran perubahan perilaku; dan (3) dimensi keluaran ekonomis. Pengukuran dari dimensi keluaran administrasi maksudnya adalah dengan melihat seberapa baik pelayanan yang dapat diberikan oleh guru, kepala sekolah maupun pihak lain yang berkepentingan.  Dimensi keluaran administrasi bagi guru dapat berupa produk proses belajar mengajar mulai dari persiapan pengajaran hingga evaluasi pengajaran. Sedang pengukuran dimensi keluaran perubahan perilaku dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik sebagai gambaran dari prestasi akademik yang telah dicapai. Dan pengukuran dari dimensi keluaran ekonomis dilakukan dengan mengaitkan layanan pendidikan dengan aspek pembiayaan.

III. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODKTIVITAS
- Kemampuan, adalah kecakapan yang dimiliki berdasarkan pengetahuan, lingkungan kerja yang menyenangkan akan menambah kemampuan tenaga kerja.
- Sikap, sesuatu yang menyangkut perangai tenaga kerja yang banyak dihubungkan dengan moral dan semangat kerja.
- Situasi dan keadaan lingkungan, faktor ini menyangkut fasilitas dan keadaan dimana semua karyawan dapat bekerja dengan tenang serta sistim kompensasi yang ada.
- Motivasi, setiap tenaga kerja perlu diberikan motivasi dalam usaha meningkatkan produktivitas.
- Upah, upah atau gaji minimum yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja.
- Tingkat pendidikan, latar belakang pendidikan dan latihan dari tenaga kerja akan mempengaruhi produktivitas, karenanya perlu diadakan peningkatan pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja.
- Perjanjian kerja, merupakan alat yang menjamin hak dan kewajiban karyawan. Sebaiknya ada unsur-unsur peningkatan produktivitas kerja.
- Penerapan teknologi, kemajuan teknologi sangat mempengaruhi produktivitas, karena itu penerapan teknologi harus berorientasi mempertahankan produktivitas.

IV. CARA MENGUKUR PRODUKTIVITAS
Secara umum produktivitas dapat diukur dengan rumus:
Produktivitas = Output / Input

Dari rumus tersebut dapat disimpulkan bahwa perbaikan produktivitas (productivity improvement atau PI) hanya akan terjadi jika:
- Output naik dan input turun
- Output naik dan input tetap
- Output naik dan input naik dengan kenaikan output lebih besar dari kenaikan input
- Output tetap dan input turun
- Output turun dan input turun dengan penurunan input lebih besar dari penurunan output
Selain itu bisa digambarkan jika:
- P < 1, maka disebut less productivity
- P = 1, maka disebut equally productive
- P > 1, maka disebut high prodcutivity
Terdapat pengukuran produktivitas total dengan model Marvin E Mundel:
AOMP=Aggregate outputs measured period
RIMP=Resource inputs measured period
AOBP=Aggregate outputs base period
RIBP=Resource input base period 

Terdapat juga pengukuran-pengukuran lain, meliputi:
CPI (Current Performance Index) = AOMP / RIMP
BPI (Based Performance Index) = AOBP / RIBP
OI (Output Index) = AOMP / AOBP
II (Input Index) = RIMP / RIBP

Selain menggunakan variabel output dan input terdapat pula definisi lain atau metode lain untuk mengukur produktivitas. Oleh Steve Pavlina, definisi produktivitas ditulis dalam bentuk persamaan:
Produktivitas = Nilai / Waktu

Dari persamaan itu tampak bahwa ada dua cara untuk meningkatkan produktivitas:
- Meningkatkan nilai yang dihasilkan, atau
- Mengurangi waktu yang dibutuhkan
Selain metode-metode di atas terdapat pula metode pengukuran produktivitas yang lain yakni dengan metode Objective Matrix (OMAX) yang mudah-mudahan dapat dijelaskan pada tulisan yang lain.

V. MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKTIFITAS DALAM ORGANISASI T U J U A N
1. Mengetahui konsep dasar mengenai manajemen operasi
2. Mengetahui konsep dasar mengenai sistem produksi dan elemen dasar dalam
desain sistem produksi
3. Mengetahui berbagai topik mengenai manajemen operasi, terutama yang terkait
dengan perencanaan dan pengawasan proses produksi.
4. Mengetahui beberapa teknik dan metode dalam manajemen operasi, terutama
untuk peningkatan produktifitas perusahaan
5. Mengetahui konsep dasar mengenai manajemen jasa dan manajemen
perubahan.
Pengertian Manajemen Operasi
rangkaian proses pengelolaan keseluruhan sumber daya perusahaan yang dibutuhkan dalam menghasilkan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada konsumen.

Fokus Manajemen Operasi
-People
-Plants
-Parts
-Processes
-Planning and Control System
Empat Elemen dalam Desain Sistem Produksi
-lokasi kegiatan produksi,
-tipe proses produksi yang akan dijalankan
-rancangan rumah produksi
-rancangan sistem produksi yang akan dijalankan.
Rancangan Sistem Produksi
-rancangan produk (product layout)
-rancangan proses(process layout)
-rancangan posisi tetap (fixed-position layout)
-rancangan model selular (cellular manufacturing layout)

VI. PENGARUH PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA TERHADAP PERENCANAAN TENAGA KERJA INDUSTRI
Latar Belakang Tantangan yang dihadapi dunia industri saat ini menuntut peningkatan dan perbaikan kinerja yang dilakukan secara berkelanjutan agar dapat terus bertahan dan memenangkan persaingan bisnis. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya dilihat dari besarnya pendapatan yang dihasilkan melainkan melalui terciptanya proses-proses yang efektif, efisien, cepat, dan berkualitas untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Tenaga kerja sebagai salah satu sumber daya yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan produktivitas perusahaan dapat diwujudkan melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja. Pengelolaan sumber daya manusia secara tepat mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja menggambarkan ukuran kinerja melalui pemanfaatan setiap satu satuan tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan output kepada perusahaan. Kegagalan tenaga kerja dalam memenuhi sasaran mutu perusahaan antara lain disebabkan kurangnya pengawasan yang dilakukan manajemen terhadap hasil kerja mereka. Selain itu, tenaga kerja dinilai kurang terampil dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi pada pekerjaannya sehingga sering menghabiskan waktu yang panjang dalam menyelesaikan masalah tersebut. Perusahaan membutuhkan keterampilan tenaga kerja dalam menganalisis dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi (trouble shooter) agar mampu bersaing dan meningkatkan produktivitasnya. Ukuran kinerja dengan jumlah output tidak mampu menunjukkan peran setiap satuan tenaga kerja yang digunakan terhadap hasil kerja (output). Tingginya jumlah output yang dihasilkan belum tentu menunjukkan produktivitas tenaga kerja yang lebih baik. 
Oleh karena itu, dalam perencanaan tenaga kerja tidak semudah membalikkan telapak tangan. perlu adanya proses seleksi yang ketat dari pihak personalia untuk mendapatkan tenaga kerja yang benar-benar handal dan berkompeten di bidangnya. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan memaksimumkan pemanfaatan waktu tenaga kerja yang tersedia untuk menghasilkan output yang lebih besar atau mengurangi penggunaan waktu tenaga kerja untuk menghasilkan output yang tetap. Kompetensi tenaga kerja, metode, dan peralatan kerja yang sesuai dengan pekerjaan mampu meminimumkan waktu kerja yang terbuang. Motivasi dan iklim kerja yang baik akan meningkatkan kenyamanan dan kepuasan kerja sehingga diharapkan mampu meminimumkan kesalahan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja. 1.2.Rumusan Masalah 1. Apa saja faktor produktivitas tenaga kerja? 2. Bagaimana strategi perencanaan tenaga kerja? 3. Bagaimana pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap perencanaan tenaga kerja industri? 1.3. Tujuan 1. Mengetahui faktor produktivitas tenaga kerja. 2. Mengetahui strategi perencanaan tenaga kerja. 3. Mengetahui pengaruh produktivitas tenga kerja terhadap perencanaan tenaga kerja industri. 
 Pengertian Tenaga Kerja Menurut Data Statistik Indonesia (2014), Tenaga Kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sedangkan menurut pendapat Sumitro Djojohadikusumo (1987) mengenai arti tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja. Pengertian tenaga kerja atau manpower mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain (seperti : bersekolah dan mengurus rumah tangga); walaupun sedang tidak bekerja mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Secara praktis, pengertian tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk usia kerja (Simanjuntak, 1985). Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tetang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Sumarsono (2003) menyatakan tenaga kerja sebagai semua orang yang bersedia untuk bekerja. Pengertian tenaga kerja tersebut meliputi mereka yang bekerja untuk dirinya sendiri ataupun keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah; atau mereka yang bersedia bekerja dan mampu untuk bekerja namun tidak ada kesempatan kerja sehingga terpaksa menganggur. Tenaga kerja (manpower) terdiri dari angkaan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja(labor force) terdiri dari : golongan yang bekerja dan golongan yang mencari pekerjaan atau menganggur. Sedangkan kelompok yang 
bukan angkatan kerja terdiri dari : golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga kelompok bukan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja sehingga kelompok ini dinamakan potensial labor force (Simanjuntak, 1985). 2.2. Jenis Tenaga Kerja Menurut Purwanti dan Fatah (2012), tenaga kerja pada perusahaan perikanan merupakan faktor produksi yang sangat penting bagi kelangsungan perusahaan. Hal ini dikarenakan pengusahaan perikanan membutuhkan banyak ketrampilan tenaga kerja mulai dari penanganan bahan baku, penyortiran kualitas bahan sampai proses produksi menjadi produk jadi. Jenis tenaga kerja pada perusahaan perikanan pada umumnya ada 3 jenis yaitu : a. Tenaga kerja Tetap (bulanan) Yaitu karyawan yang bekerja secara tetap di perusahaan, dapat pula terikat dengan perusahaan melalui kontrak kerja. Sistim pembayaran berupa gaji yang dibayarkan setiap bulan. Biasanya yang termasuk dalam tenaga kerja tetap adalah didasarkan pada keahliannya seperti; Direktur, Kepala Bagian, Pengawas, Analis/laboran, bagian administrasi dan mekanik. b. Tenaga kerja harian tetap Adalah karyawan yang telah terdaftar pada perusahaan dan pemberian upahnya didasarkan pada kehadiran tiap harinya serta dibayarkan pada akhir pekan. c. Tenaga kerja borongan Adalah karyawan yang tidak terikat oleh perusahaan dan bekerjanya bila diperlukan perusahaan. Sistim bekerjanya bersifat borongan artinya imbalan kerja / upah didasarkan pada banyaknya unit yang mampu dihasilkan oleh karyawan tersebut. Pada perusahaan perikanan sebagian besar karyawannya merupakan karyawan borongan. 
 Macam Jam Tenaga Kerja Menurut Purwanti dan Fatah (2012), jam kerja pada perusahaan perikanan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu; a. Jam kerja umum Adalah jam kerja pada umumnya yaitu 6 hari dalam seminggu, dengan jam kerja 8 jam / hari dan jam istirahat 1 jam/hari kecuali hari jum'at jam istirahat 1,5 jam. Jenis karyawan yang termasuk pada jam kerja umum biasanya bagian administrasi dan perkantoran. Jika bekerja melebihi jam kerja atau setelah jam kerja umum maka diberlakukan jam kerja lembur. Aturan jam lembur ini merupakan kebijaksanaan dari masing-masing perusahaan. b. Jam kerja bergantian (shift) Dalam satu hari terdapat 3 shift. Pada umumnya jam kerja dalam 1 shift mengacu pada ketentuan Departemen Tenaga Kerja yaitu 8 jam. Pada umumnya tenaga kerja pada sistim ini adalah karyawan bagian proses produksi, karena berkenaan dengan sifat produk perikanan yang cepat rusak, sehingga harus segera mendapatkan penanganan serta bersifat musiman. Selain karyawan bagian produksi, biasanya karyawan yang termasuk dalam sistim ini adalah bagian keamanan (satpam). 2.4. Pengertian Produktivitas Definisi produktivitas yang disampaikan The Organization for European Economic Cooperation (OEEC) pada tahun 1950 yaitu “Productivity is the quotient obtained by dividing by one of the factors of production. In this way it is possible to speak of the productivity of capital, investment, or raw materials according to whether output is being considered in relation to capital, investment or raw material, etc” (Sinulingga, S., 2010: 2). Mali P. (1978) dalam mendefinisikan “Productivity is the measure of how well resources are bought together in organization and utilized for accomplishing a set of result. Productivity is reaching the highest level of performance with the least expenditure of resource”(Sinulingga, S., 2010: 2). 
Fabricant (1962) mendefinisikan produktivitas sebagai rasio antara output yang diperoleh dengan input yang digunakan. Kenderick dan Creamer (1965) mendefinisikan produktivitas dengan mengklasifikasinnya menjadi tiga jenis yaitu produktivitas total, produktivitas parsial, dan produktivitas total faktor (Sinulingga, S., 2010: 2). Produktivitas merupakan rasio antara output yang dapat diukur (tangible output) dan input yang dapat diukur (tangible input). Input dan output yang bersifat tidak terukur (intangible), tidak dapat digunakan untuk mengukur produktivitas. Namun input dan output tidak terukur perlu diidentifikasi agar menjadi masukan kepada manajemen dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan kontrak pelanggan (Sumanth, D. J., 1984: 4). Produktivitas merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan seberapa baik pemanfaatan input menjadi output. Gambar 1. Skema Proses Transformasi Input Menjadi Output (Sinulingga, S., 2010: 7) Input merupakan segala bentuk sumber daya yang digunakan dalam produksi dan membentuk biaya produksi seperti tenaga kerja (man-hours), material, energi, kapital yang meliputi peralatan dan mesin, dll. Menurut Pardede, P. M., (2005: 71), input atau sumber daya adalah berbagai jenis barang dan jasa yang dibutuhkan perusahaan untuk diolah dalam membuat barang atau jasa yang lain. Jenis sumberdaya meliputi bahan baku dan bahan pendukung, mesin dan peralatan, tenaga kerja, dan teknologi. Output merupakan hasil aktivitas produksi yang bermanfaat bagi perusahaan (revenues). Output dapat berupa penjualan, jumlah produksi, dll. Pengukuran produktivitas ditujukan kepada manajemen agar memahami tindakan perbaikan terhadap pemanfaatan sumber daya produksi dalam meningkatkan output. 
 Faktor Produktivitas Tenaga Kerja Ada empat faktor utama yang menentukan produktivitas organisasi berdasarkan ilmu perilaku yaitu lingkungan, karakteristik organisasi, karakteristik kerja, dan karakteristik individu (Kopelman, R. E., 1986: 24- 26). Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi, dan kepuasan kerja. Kebutuhan untuk meningkatkan motivasi para perkerja dalam suatu organisasi dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja (Srivastava, S. K., dan Barmola, K. C., 2011). Kepuasan karyawan yang tinggi di antara para pekerja merupakan prasyarat untuk meningkatkan produktivitas kerja, daya tanggap, kualitas hasil, dan pelayanan terhadap pelanggan. Selain itu motivasi dan kepuasan kerja memiliki hubungan yang signifikan (Salanova, A., dan Kirmanen, S., 2010). Motivasi dan kepuasan kerja memiliki hubungan yang positif dan signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap produktivitas tenaga kerja (Mulyadi, H., 2010). Motivasi dan iklim kerja baik secara sendiri-sendiri maupun bersama- sama memiliki pengaruh yang positif terhadap produktivitas (Abast, R. M., 2011). Terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi, motivasi, pendidikan dan pelatihan terhadap produktivitas tenaga kerja (Subroto, 2005). Asas motivasi yang diterapkan mampu meningkatkan produktivitas kerja dan memberikan kepuasan kerja kepada karyawan. Karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi akan memiliki kinerja yang baik sehingga berdampak langsung pada produktivitas tenaga kerja (Hasibuan, M. S. P., 2000: 146). Iklim organisasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan (Surachim, A., dan Firdaus, T., 2008). Keberhasilan peningkatan produktivitas akan terjadi apabila adanya perbaikan terus menerus, peningkatan mutu hasil pekerjaan, pemberdayaan sumber daya manusia, kondisi fisik tempat kerja yang menyenangkan, serta filsafat organisasi (Siagian, S. P., 2002). 
Tenaga kerja yang produktif memerlukan keterampilan kerja yang sesuai dengan beban dan deskripsi pekerjaan sehingga mampu menghasilkan penemuanpenemuan baru untuk memperbaiki metode kerja atau mempertahankan metode kerja yang baik (Sinungan, M., 2000: 3). Faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja meliputi kemauan kerja yang tinggi, kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan yang sesuai dengan kebutuhan hidup minimum, jaminan sosial yang memadai, dan hubungan kerja yang manusiawi dan harmonis. Kemajuan teknikal yang sejalan dengan kemajuan skill tenaga kerja akan memiliki hubungan positif pada peningkatan produktivitas tenaga kerja (Jajri, I., dan Rahmah, I., 2009). 2.6. Strategi Perencanaan Tenaga Kerja Strategi menurut Chandler (1962) adalah penetapan dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan, dan penerapan serangkaian tindakan serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran perusahaan tersebut (Sunarto, 2004: 23). Strategi memperhatikan arah jangka panjang dan cakupan organisasi. Konsep utama strategi meliputi keunggulan kompetitif, kapabilitas khusus, dan kesesuaian strategik (Sunarto, 2004: 25). Konsep kesesuaian strategik tersebut mengungkapkan bahwa untuk memaksimalkan keunggulan kompetitif perusahaan, maka harus menyesuaikan kapabilitas dan sumber daya yang ada dengan peluang yang tersedia di dalam lingkungan eksternal. Menurut Aprilian (2010), perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk menentukan strategi atau arahan serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang dimiliki. Menurut Kerzner (2001) mendefinisikan perencanaan strategis adalah sebuah alat manajemen yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada masa depan atau petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk merencanakan tujuan kedepan. 
Untuk menjalankan strategi-strategi yang diputuskan perusahaan dibutuhkan sumber daya manusia yang sesuai dan andal. Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) bertujuan untuk meningkatkan kinerja operasional melalui penggunaan sub-strategi misalnya strategi perencanaan rekrutmen, penyeleksian, pemberian remunerasi, perencanaan jalur karir karyawan, pendidikan dan pelatihan, peningkatan partisipasi, dll (Amir, M. T., 2011: 185). Pengelolaan manajemen sumber daya manusia yang baik mampu membuat kinerja organisasi yang tinggi. Manzini (1996) dalam Masnawi, A. menyatakan untuk merancang dan mengembangkan sumber daya manusia yang efektif dibutuhkan tiga tipe perencanaan yaitu: a. Strategic planning bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan organisasi. b. Operational planningmenunjukkan permintaan SDM. c. Human resource planningmemprediksi kualitas dan kuantitas kebutuhan sumber daya manusia yang menggabungkan dengan program dan kebijakan SDM. Jackson dan Schuler (1990) dalam Masnawi, A. menyatakan perencanaan sumber daya manusia yang tepat membutuhkan langkah-langkah yang berkaitan dengan aktivitas perencanaan sumber daya manusia menuju organisasi modern. Langkah-langkah tersebut meliputi: 1. Pengumpulan dan analisis data untuk memprediksi kebutuhan tenaga kerja. 2. Mengembangkan tujuan perencanaan sumber daya manusia. 3. Merancang dan mengimplementasikan program-program yang dapat memudahkan organisasi untuk pencapaian tujuan perencanaan sumberdaya manusia. 4. Mengawasi program-program kerja yang diimplementasikan dan mengevaluasinya sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan (continuous improvement). 
Faktor Produktivitas Tenaga Kerja Empat faktor utama yang menentukan produktivitas organisasi berdasarkan ilmu perilaku yaitu lingkungan, karakteristik organisasi, karakteristik kerja, dan karakteristik individu (Kopelman, R. E., 1986: 24- 26). Gambar 2. Kerangka Konseptual yang Menentukan Produktivitas Organisasi ,(Sumber: Kopelman, R. E., 1986) Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi, dan kepuasan kerja. Kebutuhan untuk meningkatkan motivasi para perkerja dalam suatu organisasi dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja (Srivastava, S. K., dan Barmola, K. C., 2011). Kepuasan karyawan yang tinggi di antara para pekerja merupakan prasyarat untuk meningkatkan produktivitas kerja, daya tanggap, kualitas hasil, dan pelayanan terhadap pelanggan. Selain itu motivasi dan kepuasan kerja memiliki hubungan yang signifikan (Salanova, A., dan Kirmanen, S., 2010). 
Motivasi dan kepuasan kerja memiliki hubungan yang positif dan signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap produktivitas tenaga kerja (Mulyadi, H., 2010). Motivasi dan iklim kerja baik secara sendiri-sendiri maupun bersama- sama memiliki pengaruh yang positif terhadap produktivitas (Abast, R. M., 2011). Terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi, motivasi, pendidikan dan pelatihan terhadap produktivitas tenaga kerja (Subroto, 2005). Asas motivasi yang diterapkan mampu meningkatkan produktivitas kerja dan memberikan kepuasan kerja kepada karyawan. Karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi akan memiliki kinerja yang baik sehingga berdampak langsung pada produktivitas tenaga kerja (Hasibuan, M. S. P., 2000: 146). Iklim organisasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan (Surachim, A., dan Firdaus, T., 2008). Keberhasilan peningkatan produktivitas akan terjadi apabila adanya perbaikan terus menerus, peningkatan mutu hasil pekerjaan, pemberdayaan sumber daya manusia, kondisi fisik tempat kerja yang menyenangkan, serta filsafat organisasi (Siagian, S. P., 2002). Tenaga kerja yang produktif memerlukan keterampilan kerja yang sesuai dengan beban dan deskripsi pekerjaan sehingga mampu menghasilkan penemuanpenemuan baru untuk memperbaiki metode kerja atau mempertahankan metode kerja yang baik (Sinungan, M., 2000: 3). Faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja meliputi kemauan kerja yang tinggi, kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan yang sesuai dengan kebutuhan hidup minimum, jaminan sosial yang memadai, dan hubungan kerja yang manusiawi dan harmonis. Kemajuan teknikal yang sejalan dengan kemajuan skill tenaga kerja akan memiliki hubungan positif pada peningkatan produktivitas tenaga kerja (Jajri, I., dan Rahmah, I., 2009). Menurut Usubamatov, dkk prinsip dasar untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui peningkatan availability mesin, kualitas output, dan penurunan penggunaan seluruh waktu produksi. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui penyegaran (refreshing) secara berkala, 
peningkatan pengawasan terhadap aktivitas produksi secara langsung maupun tidak, dalam upaya untuk meningkatkan kedisiplinan, sistem reward berdasarkan peningkatan hasil yang dilakukan, dan pelaksanaan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi karyawan (Andryani, Y., 2007). Menurut Levi (2002), lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu: 1. Pekerjaan itu sendiri. Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja. 2. Atasan (supervision), dimana atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya. 3. Teman sekerja (workers) merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya. 4. Promosi (promotion) merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja. 5. Gaji/upah merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak. Frederick Herzberg memperkenalkan teori motivasi yang disebut two factors yaitu satisfiers dan dissatisfiers (Sopiah, 2008). Faktor-faktor tersebut yaitu: a. Satisfiers yaitu sesuatu yang disediakan manajemen yang mampu membuat karyawan senang seperti achievement, recognition, growth, advancement, work condition, dan lain-lain. b. Dissatisfiers meliputi gaji, kebijakan perusahaan, supervisi, status pekerja, dan kehidupan personal. 
Kelneer menyatakan iklim organisasi terdiri dari enam dimensi yang meliputi flexibility conformity, responsibility, standard, reward, clarity, dan tema commitment (Lila, J, T., 2002). 3.2. Strategi Perencanaan Tenaga Kerja Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengankemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing. Kesempatan Kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan /ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Sementara itu, angkatan kerja (labour force) menurut Soemitro Djojohadikusumo didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif. Bisa juga disebut sumber daya manusia. Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia kerja akan men ghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu meningkatkan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada kenyataannya, jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan. Coba Anda perhatikan bagan di bawah ini! 
Dari bagan di atas terlihat bahwa angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk yang termasuk ke dalam usia kerja. Usia Kerja adalah suatu tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan menghasilkan pendapatannya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14 sampai 55 tahun. Selain penduduk dalam usia kerja, ada juga penduduk di luar usia kerja, yaitu di bawah usia kerja dan di atas usia kerja. Penduduk yang dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dasar dan yang sudah pensiun atau berusia lanjut. Bagian lain dari penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan kerja. Yang termasuk di dalamnya adalah para remaja yang sudah masuk usia kerja tetapi belum bekerja atau belum mencari perkerjaan karena masih sekolah. Ibu rumah tangga pun termasuk ke dalam kelompok bukan angkatan kerja. Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja, dikelompokkan menjadi tenaga kerja (bekerja) dan bukan tenaga kerja (mencari kerja atau menganggur). Tenaga Kerja (man power) adalah bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta dalam proses produksi serta menghasilkan barang atau jasa. 3.3. Pengaruh Produktivitas Tenaga Kerja terhadap strategi Perencanaan Tenaga kerja Industri Produktivitas didefinisikan sebagai hubungan antara masukan-masukan dan keluaran-keluaran dalam suatu sistim produktif. Untuk mengukur hubungan ini adalah sebagai rasio antara keluaran dibagi dengan masukan. Bila lebih banyak keluaran diproduksi dengan jumlah masukan yang sama, maka produktivitas naik. 
Begitu juga bila lebih sedikit masukan digunakan untuk jumlah keluaran yang sama, produktivitas juga naik. Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan bermacam-macam ukuran, baik pada tingkat perusahaan maupun unit-unit atau kegiatan-kegiatan individual. Contoh ukuran produktivitas tingkat perusahaan : Produksi yang dihslkan Produktivitas = Jumlah tenaga kerja Sedangkan beberapa contoh ukuran produktivitas untuk unit atau kegiatan individual adalah : Produksi yang dihslkan/individu Produktivitas = Jam kerja yang dicurahkan Produktivitas sangat diperlukan oleh perusahaan dalam menilai kualifikasi perusahaan tersebut. produktivitas perusahaan berkenaan dengan tenaga kerja sebagai faktor utama pelaku industri. Adanya kualifikasi produktivitas tenaga kerja berpengaruh terhadap strategi perencanaan tenaga kerja. Perlu adanya tenaga kerja yang tidak hanya handal dan berkompeten saja. Namun, juga perlu adanya tenaga kerja yang beretika dan berdedikasi tinggi serta bisa bekerja dalam tim. Dengan mempertimbangkan produktivitas tenaga kerja dapat menjadi faktor akan perencanaan tenaga kerja industri. 

Kesimpulan • Tenaga kerja sebagai salah satu sumber daya yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan produktivitasnya. • Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tetang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. • Jenis tenaga kerja ada 3, yaitu : tenaga tetap, tenaga hrian tetap dan tenaga kerja borongan. • Jam kerja tenaga kerja : jam kerja umum (8 jam) dan jam kerja bergantian (shift). • Produktivitas merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan seberapa baik pemanfaatan input menjadi output. • Ada empat faktor utama yang menentukan produktivitas organisasi berdasarkan ilmu perilaku yaitu lingkungan, karakteristik organisasi, karakteristik kerja, dan karakteristik individu. • Strategi perencanaan kerja sangat dibutuhkan dalam produktivitas tenaga kerja dan produktivitas perusahaan. 4.2. Saran Perlu adanya strategi perencanaan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Sehingga produktivitas perusahaan juga akan meningkat. 

VII. MANAJEMEN PRODUKSI
Pengertian Manajemen Produksi
Manajemen produksi dan operasi merupakan manajemen dari suatu sistem informasi yang mengkonversikan masukan (input) menjadi keluaran (output)yang berupa barang atau jasa.Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan fungsi produksi dan operasi memerlukan serangkaian kegiatan yang merupakan suatu system.
Fungsi manajemen yang paling mendasar yaitu adanya Perencanaan, Pengorganisasian, penempatan Sumber Daya Manusia (Staffing), pemberian motivasi dan fungsi yang terakhir adalah kegiatan pengawasan yang mutlak harus dilakukan oleh setiap organisasi atau perusahaan.

A. SISTEM PRODUKSI
Sistem produksi mempunyai unsur-unsRata Penuhur yaitu masukan, pentransformasian dan keluaran. Sedang produksi dan operasi merupakan suatu sistem untuk meyediakan barangbarang dan jasa-jasa yang dibutuhkan dan akan dikombinasi oleh anggota masyarakat.sistem produksi dan operasi adalah suatu keterkaitan unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan menyeluruh dalam pentransformasian masukan menjadi keluaran.

Sistem produksi yang seringdipergunakan dapat dibedakan atas 3 macam yaitu:
1. Sistem Perumusan Kebijaksanaan (Policy Formulating System)
Sistem yang berfungsi untuk menyelarakan kebijaksanaan organisasi perusahaan yang mendasar dan menyeluruh dengan memproses dan mengolahserta menganalisis informasi yang mencerminkan keadaan perusahaan dan lingkungan sekarang ini , keadaan di masa depan bagi pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Sistem Pengendalian Umum (General Control System)
Sistem yang fungsi utamanya adalah mengubah dan mentransformasikan informasi untuk dasar pengukuran, pengevaluasian dan pemantauan terhadap keberhasilan pelaksanaan kebijakan, strategi dan program perencanaan serta sekaligus memberikan upaya-upaya yang harus dilakukan untuk perbaikan atau koreksi agar tujuan dan sasaran yang direncanakan dapat tercapai.
3. Sistem Pengorganisasian Antara (Intermediate Organisasi System)
Sistem yang berfungsi untuk memberikan dukungan pelayanan yang dibutuhkan oleh subsistem yang terdapat dalam organisasi perusahaan atau sekaligus mendukung sistem organisasi perusahaan. Dukungan pelayanan yang tekait dengan fungsi dari sistem ini termasuk pengendalian, pelimpahan wewenang, penyampaian saran dan keputusan serta dukungan pelayanan lainnya.
Pentransformasian informasi dalam sistem produksi dan operasi dapat dilakukan dengan menggunakan model-model matematis, terutama guna menggambarkan dan memprediksi hubungan fungsi-fungsi yang ada dalam sistem produksi dan operasi.

Secara garis besar transformasi produksi dapat diklasifikasikan :
1. Transformasi pabrikasi yaitu suatu transformasi yang bersifat diskrit dan menghasilkan produk nyata. Suatu transformasi dikatakan bersifat diskrit bila antara suatu operasi dan operasi yang lain dapat dibedakandengan jelas seperti dijumpai pada pabrik mobil, misalnya.
2. Transformasi proses yaitu suatu transformasi yang bersifat continue dimana diantara operasi yang satu dengan operasi yang lain kurang dapat dibedakan secara nyata, seperti dijumpai pada pabrik pupuk dan semen, misalnya.
3. Transformasi jasa yaitu suatu transformasi yang tidak mengubah secara fisik masukan menjadi keluaran; dalam hal ini secara fisik keluaran akan sama dengan masukan, namun transformasi jenis ini akan meningkatkan nilai masukannya, misalnya pada perusahaan angkutan. Sistem transformasi jasa sering disebut sebagai system operasi.

Karakteristik umum dari ketiga jenis transformasi diatas dapat dilihat ilustrasinya pada gambar 2 berikut ini :
B. PROSES PRODUKSI
Kegiatan utama yang bersangkutan dengan manajemen produksi adalah proses produksi. Sebelum membahas proses produksi, ada baiknya kita perlu mengetahui arti dari proses dan produksi. Proses adalah cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Sedangkan produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa.

Jadi proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada. Jenis-jenis proses produksi itu sangatlah banyak.

Tetapi yang umum terdapat 2 jenis proses produksi yaitu :
1. Proses produksi yang terus menerus (continuous process)
Proses dimana peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur dengan memperhatikan urut-urutan kegiatan atau routing dalam menghasilkan produk tersebut, serta arus bahan dalam proses telah distandardisir. Dengan kata lain proses ini adalah proses produksi yang mempunyai pola atau urutan yang selalu sama dalam pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan. Agar lebih jelas dalam memahami proses produksi terus menerus ada baiknya kita mengetahui ciri – ciri kelebihan dan contohnya dalam dunia nyata

Ciri-ciri proses produksi terus-menerus adalah :
• Produksi dalam jumlah besar (produksi massa), variasi produk sangat kecil dan sudah distandardisir.
• Menggunakan gambaran produk.
• Mesin bersifat khusus (special purpose machines).
• Operator tidak mempunyai keahlian/skill yang tinggi.
• Salah satu mesin /peralatan rusak atau terhenti, seluruh proses produksi terhenti.
• Tenaga kerja yang dibutuhkan (SDM) berjumlah sedikit
• Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses kecil
• Dibutuhkan petugas perawatan yang berpengetahuan dan pengalaman yang banyak
• Pemindahan bahan dengan peralatan handling yang terpasang permanen ( fixed path equipment ) menggunakan ban berjalan ( conveyor )

Kebaikan proses produksi terus-menerus adalah :
• Biaya per unit rendahbila produk dalam volume yang besar dan distandardisir.
• Pemborosan dapat diperkecil, karena menggunakan tenga mesin.
• Biaya tenaga kerja rendah.
• Biaya pemindahan bahan di pabrik rendah karena jaraknya lebih pendek.

Kekurangan proses produksi terus-menerus adalah :
• Terdapat kesulitan dalam perubahan produk.
• Proses produksi mudah terhenti, yang menyebabkan kemacetan seluruh proses
produksi
• Terdapat kesulitan menghadapi perubahan tingkat permintaan.

2. Proses produksi yang terputus-putus (intermitten process)
Proses dimana kegiatan produksi dilakukan tidak standar, tetapi didasarkan produk yang dikerjakan, sehingga peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur yang dapat bersifat lebih luwes ( flexible ) untuk dapat dipergunakan bagi menghasilkan berbagai produk dan berbagai ukuran. Dengan Kata lain proses ini adalah proses produksi dimana arus proses yang ada dalam perusahaan tidak selalu sama.

Ciri-ciri proses produksi yang terputus-putus adalah :
• Produk yang dihasilkan dalam jumlah kecil, variasi sangat besar dan
berdasarkan pesanan.
• Menggunakan process lay out (departementation by equipment).
• Menggunakan mesin-mesin bersifat umum (general purpose machines) dan kurang otomatis.
• Operator mempunyai keahlian yang tinggi.
• Proses produksi tidak mudah berhenti walaupun terjadi kerusakan di salah satu mesin.
• Menimbulkan pengawasan yang lebih sukar.
• Persediaan bahan mentah tinggi
• Pemindahan bahan dengan peralatan handling yang flexible (varied path equipment) menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong (forklift).
• Membutuhkan tempat yang besar.

Kelebihan proses produksi terputus-putus adalah :
• Flexibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk yang berhubungan dengan, process lay out, mesin bersifat umum (general purpose machines) dan sistem pemindahan menggunakan tenaga manusia.
• Diperoleh penghematan uang dalam investasi mesin yang bersifat umum.
• Proses produksi tidak mudah terhenti, walaupun ada kerusakan di salah satu mesin.
Kekurangan proses produksi terputus-putus adalah :
• Dibutuhkan scheduling, routing yang banyak karena produk berbeda tergantung pemesan.
• Pengawasan produksi sangat sukar dilakukan.
• Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses cukup besar.
• Biaya tenaga kerja dan pemindahan bahan sangat tinggi, karena menggunakan
tenaga kerja yang banyak dan mempunyai tenaga ahli.]


C. KEPUTUSAN ESENSIAL
1. Proses Produksi
Keputusan yang termasuk dalam kategori ini pada prinsipnya berkaitan dengan penentuan wahana atau fasilitas fisik yang dipergunakan untuk terjadinya transformasi input menjadi produk / jasa.
2. Kapasitas
Keputusan – keputusan yang termasuk dalam kategori ini berkaitan dengan penentuan kemampuan sistem produksi untuk menghasilkan barang dalam jumlah dan waktu yang tepat.
3. Persediaan
Keputusan yang termasuk dalam kategori ini pada hakekatnya berkaitan dengan pengaturan material yang diperlukan untuk keperluan produksi, mulai dari pengaturan bahan baku, barang setengah jadi maupun produk jadi.
4. Tenaga Kerja
Mengelola orang merupakan pekerjaan terpenting yang perlu dibuat oleh seorang manajer mengingat tenaga kerja tidak hanya sebagai salah satu faktor produksi tetapi merupakan faktor penentu dari keberhasilan semua aktivitas didalam sistem
produksi.
5. Kualitas Produksi
Manajer produksi bertanggungjawab atas kualitas dari barang / jasa yang dihasilkan, oleh sebab itu manajer produksi wajib untuk melakukan kegiatan – kegiatan agar produk / jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

D. STRATEGI OPERASI
Strategi operasi merupakan penjabaran dari strategi bisnis / korporasi sehingga kelima kategori keputusan yang telah diuraikan diatas dapat diambil secara tepat dan konsisten.
1. Misi (Mission)
Misi merupakan bagian dari strategi operasi yang mendefinisikan tujuan fungsi operasi / produksi dalam kaitannya dengan strategi bisnis / korporasi dengan kata lain misi merupakan penjabaran dari bisnis strategi dalam terminologi yang lebih operasional.
2. Kompetensi
Kompetensi merupakan sesuatu yang dapat dilakukan lebih baik dari pesaing yang ada
3. Tujuan (Objective)
Tujuan fungsi operasi dapat dinyatakan dalam bentuk ongkos (cost), kualitas (quality), penyampaian (delivery), maupun flexibilitas (flexibility).
4. Kebijakan Operasi
Kebijakan operasi menyatakan tujuan operasi yang telah ditetapkan akan dapat dicapai.

E. SIKLUS PRODUKSI
Dalam pengelolaan rutin sistem produksi dapat diidentifikasikan adanya siklus fabrikasi dan siklus penjadwalan, sebagai berikut :
1. Siklus Fabrikasi
2. Siklus Penjadwalan
Penjadwalan produksi merupakan kegiatan yang bersifat dinamis dalam artian bahwa kegiatan penjadwalan bukan merupakan kegiatan yang sekali jadi tetapi akan mengalami perubahan tergantung pada pelaksanaan dan kemampuan yang dimiliki.

1. KONSEP DASAR MANAJEMEN INVENTORI / PERSEDIAAN
Definisi: Inventori / Persediaan merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi.
Pengendalian Persediaan: aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian persediaan ditekankan pada pengendalian material. Pada produk jasa, pengendalian diutamakan sedikit pada material dan banyak pada jasa pasokan karena konsumsi sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga tidak memerlukan persediaan.
Alasan Mengelola Persediaan:
• Persediaan merupakan investasi yang membutuhkan modal besar.
• Mempengaruhi pelayanan ke pelanggan.
• Mempunyai pengaruh pada fungsi operasi, pemasaran, dan fungsi keuangan.
Jenis Persediaan:
• Persediaan barang jadi biasanya tergantung pada permintaan pasar (independent
demand inventory).
• Persediaan barang setengah jadi dan bahan mentah ditentukan oleh tuntutan proses
produksi dan bukan pada keinginan pasar (dependent demand inventory).
Tujuan Persediaan:
• Menghilangkan pengaruh ketidakpastian (misal: safety stock).
• Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian.
• Untuk mengantisipasi perubahan pada permintaan dan penawaran.
Fungsi Persediaan :
• Fungsi Decouping Dilakukan oleh perusahaan yang mengadakan pengelompokan operasional secara terpisah. Memungkinkan operasi internal dan eksternal mempunyai kebebasan.
• Fungsi Econolic Lot Size Penyimpanan persediaan bahan dalam jumlah besar dengan mempertimbangkan adanya discount pembelian, kapasitas dan kondisi gudang serta keperluan operasi.
• Fungsi Antisipasi Penyimpanan persediaan berfungsi sebagai penyelamat jika terjadi keterlambatan datangnya pesanan atau jika ada permintaan musiman.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan:
• Penentuan berapa besar dan kapan pemesanan harus dilakukan.
• Struktur biaya persediaan.
a. Biaya per unit (item cost)
b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
- Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
- Biaya pengiriman pemesanan
- Biaya transportasi
- Biaya penerimaan (Receiving cost)
- Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.
c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)
- Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital).
- Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage). Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.
d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss).
e. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost).

Hal-hal yang sangat dipengaruhi oleh tingkat persediaan :
• Kualitas
• Kapasitas berlebih
• Rekayasa Produk
• Kemampuan merespon pelanggan
• Harga
• Tenggang waktu
• Lembur
• Profitabilitas keseluruhan

2. Klasifikasi Inventori
Ada beberapa macam klasifikasi inventori, menurut Dobler at al, ada beberapa klasifikasi inventori yang digunakan oleh perusahaan, antara lain :
• Inventori Produksi
Yang termasuk dalam klasifikasi invetori produksi adalah bahan baku dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam proses produksi dan merupakan bagian dari produk. Bisa terdiri dari dua tipe yaitu item spesial yang dibuat khusus untuk spesifikasi perusahaan dan item standart produksi yang dibeli secara off-the-self.
• Inventori MRO (Maintaintenance, Repair, and Operating supplies)
Yang termasuk dalam katagori ini adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi namun tidak merupakan bagian dari produk. Seperti pelumas dan pembersih.
• Inventori In-Process
Yang termasuk dalam katagori inventori ini adalah produk setengah jadi. Produk yang termasuk dalam katagori inventori ini bisa ditemukan dalam berbagai proses produksi.
• Inventori Finished-goods
Semua produk jadi yang siap untuk dipasarkan termasuk dalam katagori inventori finished goods. PT XYZ adalah sebuah swalayan yang menjual produk-produk yang siap untuk dipakai. Tidak ada proses pengolahan yang ada disana, sehingga semua inventori yang dimilikinya termasuk dalam katagori ini.

3. Masalah dalam Menejemen Inventori
Masalah dalam menejemen Inventori yang dihadapi inventory controll adalah :
• Item mana saja yang harus disesiakan atau disimpan di gudang. Suatu item akan selalu disediakan sebagai suatu persediaan di gudang atau dibeli. Yang perlu diperhatukan juga apakah item yang ada akan terus disimpan atau sudah waktunya ditukar atau diganti. Mungkin saja banyak item yang sudah rusak atau ketinggalan jaman.
• Berapa jumlah persediaan yang harus dibeli. Kita harus mengetahui terlebih dulu biaya-biaya yang berhubungan dengan inventori.
• Kapan waktunya suatu pembelian harus dilakukan. Suatu inventori controll yang bagaimana harus digunakan.

4. Biaya yang terkait Inventori
Menurut Dobler et al terdapat 2 (dua) macam biaya yang terkait dengan biaya inventori yaitu
• Biaya Pemeliharaan (Carrying Cost) Biasanya berkisar antara 23-35 persen dari total nilai inventori perusahaan pertahun, yang terdiri dari :
- Biaya kesempatan dari dana yang diinvestasikan sebesar 12-20 %
- Biaya asuransi sebesar 2 – 4 %
- Pajak properti sebesar 1 – 3 %
- Biaya penyimpanan sebesar 1 – 3 %`
- Kadaluarsa sebesar 4 – 10 % Total 20 – 40 %
• Biaya Akuisisi

Faktor yang terkait dengan biaya akuisisi adalah proses pengadaan dan
administrasi, yang terdiri dari :
- Biaya operasi dan gaji pegawai
- Biaya material seperti kertas, amplop, dan alat tulis lainnya.
- Biaya pelayanan seperti telepon, fax dan biaya pengiriman.

5. Metode EOQ
Salah satu metode menejemen industri adalah Metode Economic Order Quantity (EOQ). Yaitu metode menejemen industri yang ekonomis berdasar jumlah permintaan. EOQ merupakan contoh dari system persediaan yang didorong (push inventory system) maka perolehan persediaan diawali dengan antisipasi permintaan di masa mendatang bukan reaksi terhadap permintaan saat ini.
Asumsi:
• Kecepatan permintaan tetap dan terus menerus.
• Waktu antara pemesanan sampai dengan pesanan dating (lead time) harus tetap.
• Tidak pernah ada kejadian persediaan habis atau stock out.
• Material dipesan dalam paket atau lot dan pesanan dating pada waktu yang bersamaan dan tetap dalam bentuk paket.
• Harga per unit tetap dan tidak ada pengurangan harga walaupun pembelian dalam jumlah volume yang besar.
• Besar carrying cost tergantung secara garis lurus dengan rata-rata jumlah persediaan.
• Besar ordering cost atau set up cost tetap untuk setiap lot yang dipesan dan tidak tergantung pada jumlah item pada setiap lot.
• Item adalah produk satu macam dan tidak ada hubungan dengan produk lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menghitung EOQ:
D : Besar laju permintaan (demand rate) dalam unit per tahun.
S : Biaya setiap kali pemesanan (ordering cost) dalam rupiah per pesanan
C : Biaya per unit dalam rupiah per unit
I : Biaya pengelolaan (carrying cost) adalah persentase terhadap nilai persediaan per tahun.
Q : Ukuran paket pesanan (lot size) dalam unit
TC : Biaya total persediaan dalam rupiah per tahun. Biaya pemesanan per tahun (Ordering cost):
OC = S (D/Q) Biaya pengelolaan persediaan per tahun (Carrying cost)
CC = ic (Q/2) Maka, total biaya persediaan:
TC = S (D/Q) + ic (Q/2)
Terjadi keseimbangan antara carrying cost dan ordering cost, maka Q dihitung dari:
Q = Ö(2SD)/ic

Kebaikan EOQ:
• Persediaan tradisional baik bagi beberapa kasus seperti persediaan obat yang penting untuk mengatasi serangan jantung
• Menyeimbangkan biaya persiapan biaya persiapan dan penyimpanan yang memaksimumkan laba atau meminimumkan biaya
• Saat biaya persiapan tinggi jadi lebih baik buat produk dengan jumlah besar
• Sangat baik saat mengatasi masalah yang berkaitan dengan ketidakpastian.
6. Just In Time / JIT
JIT merupakan pendekatan yang meminimalkan total biaya penyimpanan dan biaya persiapan yang sangat berbeda dari trandisional. Dalam JIT, tidak menerima biaya persiapan (atau biaya pemesanan) malah JIT mencoba menekan hingga nol _ sehingg biaya yang tersisa untuk dikurangi adalah biaya penyimpanan _ yang dicapai dengan mengurangi persediaan sampai tingkat yang sangat rendah.

Biaya Pemesanan dikurangi dengan cara :
• Kontrak Jangka Panjang dengan Pemasok
• Pengisian Kembali Yang Berkesinambungan (continuous replenishment)
- Pembuat barang mengambil alih fungsi manajemen persediaan pengecer dengan memberitahu pengecer kapan dan berapa banyak persediaan yang harus dipesan kembali dan pengecer meninjau usul ini.
Contoh : Yang dijalankan Wal-Mart dan Proctec & Gamble
• Pertukaran Data Elektronik (Electronic data interchange –EDI)
- suatu bentuk awal dari perdagangan elektronik yang intinya : suatu metode terotomatisasi dari pengiriman informasi dari computer ke computer.
- EDI memungkinkan para pemasok mengakses database para pembeli, sehingga memungkinkan pemasok tahu kapan pembeli butuh pesanan barang karena ada tukuren barang
• JIT II
- Kemitraan JIT ke tingkat yang lebih tinggi, dengan menempatkan wakil pemasok yang bekerja di lapangan (secara penuh), difasilitasi pelanggan tetapi dibayar oleh pemasok, menghadiri pertemuan perencanaan produksi, memiliki otoritas untuk membuat pesanan atas nama pelanggan. Contoh : JIT II yang dijalankan oleh IBM, Intel, AT&T dll.
-
Keterbatasan JIT:
• Sering timbul masalah dengan pemasok, meski ada kontrak jangka panjang
• Pandangan negative dari karyawan yang merasa diperas tenaganya
• Jika tidak dijalankan dengan baik _ ada resiko kehilangan penjualan yang bisa jadi meruakan penjualan yang hilang selamanya.

7. Manfaat Manajemen Inventori
Manajemen Persediaan memungkinkan perencanaan yang efektif dengan menjaga jumlah yang optimal dari persediaan yang menghasilkan pengurangan biaya persediaan. Manjemen persediaan memberikan manfaat-manfaat seperti:
Pengontrolan Persediaan yang Lebih Baik
Fleksibilitas dari distribusi dan penyimpanan barang-barang secara menyeluruh memungkinkan perusahaan untuk memantau dan mengontrol persediaan sesuai dengan bisnis mereka. Akses yang instan terhadap data-data yang kritis meliputi ketersediaan peresediaan, jumlah yang ada, jumlah yang harus diorder lagi dan biaya yang dapat diketahui pada saat itu juga terhadap persediaan untuk direspos secara cepat dalam rangka pengambilan keputusan, sistem dengan kemampuan mengelolah beberapa lokasi yang berbeda-beda memungkinkan manajemen dari gudan-gudang yang berbeda-beda dan penelusuran persediaan melalui lot, secara seri atau menggunakan level.
Pengoptimalan Ruangan & Penggunaan Sumber Daya
Otomatisasi, pemusatan dan perampingan dari tugas-tugas manajemen persediaan meliputi perputaran bahan-bahan (material routing), arus kordinasi bahan-bahan melalui bisnis proses yang berbeda dan kunci pemantauan kinerja membantu pengguna mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja, ruangan, peralatan. Konfigurasi multi lelvel yang fleksibel untuk pergerakkan stok sesuai dengan proses bisnis yang spesifik, pemilihan methodology, prioritas beban pekerjaan perputaran dan struktur pergudangan, Tabahannya, peningkaan staff dan efisiensi proses.
Pengurangan Persediaan dan Meningkatkan Ketersediaan Kas
Perencanaan stok yang efektif memungkinakan menjaga jumlah optimal dari persediaan, bisa menghasilkan dana kas melalui dua cara: Pertama, mengurangi biaya operasional dari penyimpanan dan pengasuransian dari stok, kedua, level persediaan yang ideal berarti tidak ada biaya yang mengikuti jumlah yang tidak diperlukan dari bahan-bahan, barang dalam proses dan barang jadi.
Pengelolaan yang baik dan manajemen yang proaktif
Laporan yang luas dan peralatan analisis untuk membantu pengguna mencapai kinerja persediaan yang maksimal. Tingkat KPI dan pemantauan pengukuran dari isu-isu kinerja dan identifikasi pergerakan yang lambat dari persediaan, kemandekan dan halhal lain yang tidak efisien sehingga bisa diambil tindakan yang benar yang sehingga tidak terjadinya kepanikan.
Peningkatan Tingkat Pelayanan
Pelanggan tidak hanya meminta kecepatan pengantaran tetapi juga ketepatan, kepercayaan, dan macam-macam pengapalan. Pengintegrasian dengan penjualan meningkatkan pengetahuan pelanggan akan preferensi pengepakan dan pengiriman, dan memungkinkan otomatisasi untuk memenuhi instruksi; indetifikasi dari daerah distribusi untuk dibagi antara beberapa pelanggan atau grup dan mudah untuk menyortir dari staging area dan pergerakan stok. Hal ini menjamin bahwa produk yang benar berada ditempat yang benar pada waktu yang tepat. Tingkat pelayanan tertinggi dapat menyediakan pelanggan sehubungan dengan respons yang cepat terhadap permintaan atau perubahan persyartan dimana hal ini akan meningkatkan kepuasan pelanggan.

8. Contoh Manajemen Inventori
a. Perancangan Sistem informasi Menejemen Inventori di CV. Arwana Tech Malang 
b. Sistem Menejemen Inventori pada Perusahaan Layanan Jasaboga Pesawat Udara